Memajukan Transformasi Sistem Pangan Indonesia
---
Pangan - bukan sekadar persoalan mengisi perut Anda. Pangan adalah kunci pembangunan: pangan merupakan puncak dari sistem yang luas dan rumit yang mendukung pencapaian target ambisius yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Indonesia siap untuk mengambil peran utama dalam membuat sistem pangan bekerja demi terwujudnya SDGs.
Pekan ini, sebagai tindak lanjut dari the UN Food Systems Summit 2021 yang menjadi terobosan baru, UNFSS+2 Stocktaking Moment berlangsung di Roma pada 24-26 Juli 2023 untuk membahas kebutuhan mendesak akan perombakan sistem pangan secara ekstrem. Acara ini memungkinkan negara-negara untuk mengevaluasi kembali dan memperkuat komitmen mereka untuk bertindak dan bertukar contoh sukses yang inspiratif.
Indonesia, dengan kekayaan dan keragaman sistem pangannya, memainkan peran penting. Sekitar 17.000 pulau di negara ini berkontribusi pada keragaman pangan yang signifikan. Seiring dengan sejarah panjang pembangunan pertanian, beberapa tantangan masih dihadapi, terutama kesejahteraan petani, pertanian berkelanjutan, serta kekurangan gizi. Hampir 70% masyarakat Indonesia tidak mampu membeli pangan bergizi, menurut laporan ketahanan pangan PBB.
Terlepas dari tantangan yang ada, Indonesia telah mencapai pencapaian yang signifikan, yaitu menurunkan angka stunting pada anak di bawah 5 tahun ke tingkat terendah dalam lebih dari dua dekade: turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun lalu. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih menganggap stunting sebagai masalah kesehatan masyarakat yang kronis, karena prevalensinya melebihi 20%. Gizi yang tidak mencukupi selama 1.000 hari pertama kehidupan, sanitasi yang buruk, dan terbatasnya akses ke air bersih merupakan faktor utama penyebabnya.
"Indonesia telah mengembangkan national pathway untuk mentransformasi sistem pangan, yang merupakan hasil dari serangkaian dialog di tingkat nasional dan daerah," ujar Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS. Salah satu tindak lanjutnya adalah transfer fiskal kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan sistem pangan lokalnya. Alokasi dana ini diharapkan pula dapat melindungi lahan pertanian menjadi penggunaan lain.
Secara paralel, Indonesia memprioritaskan dua bidang penelitian kebijakan, yaitu: strategi pembiayaan untuk melengkapi transfer fiskal ke pemerintah daerah, pelibatan masyarakat sipil, sektor swasta, dan mitra pembangunan dalam berkontribusi pada transformasi.
"Transformasi sistem pangan yang bergizi, berkelanjutan, inklusif, dan tangguh tidak dapat hanya mengandalkan pendanaan publik. Oleh karena itu, kita harus menerapkan kebijakan investasi yang tepat, terutama yang mendukung keberagaman Indonesia," ujar Vivi Yulaswati.
Sistem pangan yang berlapis-lapis
Sistem pangan mencakup seluru aspek dalam mencukupi kebutuhan pangan dan gizi setiap individu: menanam, memanen, mengemas, mengolah, mengangkut, memasarkan, dan mengonsumsi makanan. Sistem pangan mencakup semua interaksi antara manusia dan alam - tanah, air, iklim, dll. - serta pengaruh alam terhadap kesehatan dan gizi manusia.
Hal ini juga mencakup input, kelembagaan, infrastruktur, dan layanan yang mendukung berfungsinya semua aspek tersebut, serta peran pola makan dan praktik budaya.
"Sistem pangan saling berhubungan dan bersifat multisektoral. Kita tidak bisa hanya melihat sistem pangan dari sisi produksi atau konsumsi saja, namun harus melihat keseluruhan rantai pangan," ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) di Indonesia. Enam badan PBB bekerja sama untuk mendukung pengenalan pemikiran sistem pangan dalam rencana pembangunan yang dipimpin oleh BAPPENAS.
Seluruh rantai makanan mencakup gizi, memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap pangan yang beragam dan bergizi; praktik kebersihan dan keamanan makanan, yang sangat penting untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui makanan; lingkungan,
dengan mempertimbangkan praktik-praktik yang berkelanjutan untuk meminimalkan dampak ekologis; dan mendorong kesetaraan gender, dengan memberdayakan perempuan yang memiliki peran penting dalam pangan dan pertanian.
Bekerjasama dengan PBB di Indonesia untuk transformasi sistem pangan
Pemerintah bekerja sama dengan UN Food Systems Coordination Hub untuk melakukan penelitian tentang pembiayaan pelaksanaan transformasi sistem pangan di Indonesia.
FAO mendukung BAPPENAS dalam pengembangan model untuk membuat keputusan yang inklusif dan berdasarkan informasi yang memadai dalam transformasi sistem pangan.
Dengan bantuan dari Program Lingkungan PBB (UN Environment), pemerintah memfasilitasi transformasi sistem pangan di beberapa kota, termasuk inisiatif pertanian perkotaan dan pendekatan yang sejenisnya.
Program Pangan Dunia (WFP) berkolaborasi dengan pemerintah dalam penyusunan studi tentang pola pangan yang sehat yang terjangkau, dengan mempertimbangkan kesenjangan geografis.
Dukungan WFP mencakup peningkatan potensi fortifikasi beras pascapanen melalui program perlindungan sosial dan terlibat dalam dialog kebijakan untuk meningkatkan ketahanan sistem pangan nasional.
"Kami berupaya menerapkan strategi yang ditargetkan dan solusi inovatif untuk meningkatkan ketahanan pangan, gizi, dan kesejahteraan semua orang, melalui keragaman produksi dan konsumsi yang sesuai dengan kondisi setempat," ujar John Brooks, Plt. Deputi Direktur WFP di Indonesia.
Pemerintah, dengan dukungan dari UN Food Systems Coordination Hub, membentuk sebuah wadah multi-pihak untuk menerjemahkan jalur transformasi sistem pangan ke dalam proyek-proyek kolaboratif yang nyata.
Indonesia menyampaikan beberapa langkah nyata tersebut di agenda Roma - termasuk mengharapkan masukan perbaikan.
"Indonesia memiliki banyak hal yang dapat ditawarkan kepada negara lain. Di Stocktacking Moment tersebut, Indonesia menyampaikan hasil kerja dan praktik-praktik baiknya agar bermanfaat bagi negara lain. Pada saat yang sama, partisipasi pada agenda tersebut juga memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk belajar dari negara lain dan mengambil praktik-praktik baik yang dapat kita terapkan di sini," ujar Valerie Julliand, UN Resident Coordinator Indonesia.