Latest
30 Juli 2025
Hari Anti Perdagangan Manusia Sedunia 2025, Pesan Sekretaris Jenderal, António Guterres
22 Juli 2025
“Momen Penuh Peluang: Mempercepat Era Energi Bersih”, Pidato Sekretaris Jenderal, António Guterres
21 Juli 2025
Seri Webinar ICSN: Pengenalan SDGs dan Implementasinya di Indonesia - Pidato Kepala Perwakilan, Gita Sabharwal
Latest
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia








*Tentang UNDP
UNDP adalah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa terdepan yang berjuang untuk mengakhiri ketidakadilan akibat kemiskinan, ketimpangan, dan perubahan iklim. Bekerja dengan jaringan pakar dan mitra kami yang luas di 170 negara, kami membantu negara-negara untuk membangun solusi terintegrasi dan berkelanjutan bagi manusia dan planet ini. Pelajari lebih lanjut di undp.org atau ikuti di @UNDP.Tentang DEN
Dewan Ekonomi Nasional Republik Indonesia (DEN) merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. DEN bertugas memberikan dukungan dan rekomendasi kepada Presiden dalam rangka percepatan pelaksanaan kebijakan strategis dan program prioritas di bidang ekonomi.Kontak Media
Nabilla Rahmani, Head of Communications, UNDP Indonesia (Nabilla.rahmani@undp.org)
dan 2024 Global Trend: https://www.unhcr.org/global-trends, sebelum Hari Pengungsi Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 20 Juni.Terdapat 122,1 juta orang yang terpaksa mengungsi hingga akhir April 2025, meningkat dari 120 juta pada periode yang sama tahun lalu. Ini mencerminkan peningkatan tahunan selama sekitar satu dekade dalam jumlah pengungsi dan orang-orang lain yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Faktor utama pengungsian tetap berasal dari konflik besar seperti di Sudan, Myanmar, dan Ukraina, serta konflik dan pertempuran lama yang terus bekelanjutan.Filippo Grandi, Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, mengatakan: “Kita hidup dalam masa ketidakstabilan yang intens dalam hubungan internasional, dengan perang modern yang menciptakan kondisi yang rapuh dan menyedihkan, yang mengakibatkan penderitaan manusia yang parah. Kita harus melipat gandakan upaya untuk mencari perdamaian dan menemukan solusi jangka panjang bagi para pengungsi dan mereka yang terpaksa mengungsi.”Orang-orang yang terpaksa mengungsi mencakup mereka yang mengungsi di dalam negerinya sendiri akibat konflik, yang jumlahnya meningkat tajam sebesar 6,3 juta menjadi 73,5 juta pada akhir 2024, serta pengungsi yang melarikan diri ke luar negeri sebanyak 42,7 juta orang. Sudan menjadi negara dengan situasi pengungsian terpaksa terbesar di dunia, dengan 14,3 juta pengungsi dan pengungsi internal (IDP), menggantikan Suriah (13,5 juta), diikuti oleh Afghanistan (10,3 juta) dan Ukraina (8,8 juta).Laporan ini menemukan bahwa, bertentangan dengan persepsi umum di wilayah-wilayah yang lebih kaya, 67 persen pengungsi tinggal di negara tetangga, dengan negara berpenghasilan rendah dan menengah menampung 73 persen pengungsi dunia. Sementara, 60 persen dari mereka yang mengungsi tidak pernah meninggalkan negaranya sendiri.Meski jumlah orang yang terpaksa mengungsi meningkat hampir dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, jumlah pendanaan yang diterima UNHCR saat ini hanya sebesar hampir sama dengan pendanaan di tahun 2015, dikarenakan pemotongan brutal dan berkelanjutan terhadap bantuan kemanusiaan. Situasi ini tidak dapat berlanjut karena akan membuat para pengungsi serta orang-orang yang melarikan diri dari bahaya menjadi semakin rentan.“Bahkan di tengah pemotongan yang menghancurkan ini, kami melihat beberapa sinar harapan dalam enam bulan terakhir,” tambah Grandi. “Hampir 2 juta warga Suriah telah dapat kembali ke rumah mereka setelah lebih dari satu dekade terusir. Negara itu tetap rapuh, dan masyarakat masih membutuhkan bantuan kita untuk membangun kembali kehidupan mereka.” Secara total, 9,8 juta orang yang terpaksa mengungsi kembali ke rumah mereka pada tahun 2024, termasuk 1,6 juta pengungsi (jumlah tertinggi dalam lebih dari dua dekade) dan 8,2 juta IDP (jumlah tertinggi kedua yang pernah tercatat).Namun, banyak dari kepulangan ini terjadi dalam kondisi politik atau keamanan yang buruk. Misalnya, sejumlah besar warga Afghanistan terpaksa kembali ke negaranya pada tahun 2024, dan tiba di rumah dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Di negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, Myanmar, dan Sudan Selatan, terjadi pengungsian paksa baru yang signifikan pada saat yang sama dengan kembalinya para pengungsi dan IDP.Laporan ini menyerukan pendanaan berkelanjutan untuk program-program UNHCR yang menyelamatkan nyawa, membantu pengungsi dan IDP yang kembali ke rumah mereka, serta memperkuat infrastruktur dasar dan layanan sosial di komunitas tuan rumah, sebagai investasi penting bagi keamanan regional dan global.Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Mitra Suryono, suryono@unhcr.org, +62 811 1960 0493
Where we work: The UN’s programmatic interventions
The UN is implementing 0 programmatic interventions during the ongoing programme cycle. The map below displays the number of programmatic interventions per location (note that a programmatic intervention may be linked to more than one location). Click on the number on the map to get a summary description of the programmatic interventions. Programmatic interventions may be linked to the national level or specific locations/sub-national level. Note that some interventions linked to specific locations might also have components at the national level, even if they are not categorized as country-level interventions. Click on “Show location details” in the bottom right corner to view a summary table with locations, the number of programmatic interventions, and the UN entities working in those locations. For definitions of programmatic interventions, please refer to the Glossary section.