Beralih: Transjakarta akan beralih ke bus listrik , dengan dukungan UNEP
--
Polusi dari asap knalpot dan emisi gas rumah kaca di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta - untuk saat ini, itulah ciri bus umum di Jakarta. Pemerintah provinsi ingin mengubah hal tersebut - dan dengan dukungan dari Badan PBB untuk Lingkungan Hidup (UNEP) dan para mitranya, mereka akan mengganti 10.000 armada bus Transjakarta dengan bus listrik pada tahun 2030.
Sejauh ini, 100 bus baru telah dibeli di bawah skema percontohan, di mana lebih dari 50 bus telah beroperasi di jalanan ibu kota, dan sisanya masih menunggu perizinan. Saat ini, terdapat komitmen, yang didukung oleh keputusan dari Gubernur Provinsi Jakarta, untuk mengganti sisanya. Rencana ini dikembangkan oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), sebuah lembaga nirlaba dengan focus kerja dalam isu transportasi yang bekerja sama dengan UNEP.
Para ahli UNEP mendukung proses tender dan juga desain proof of concept, sementara Divisi Transportasi umum Transjakarta, bertanggung jawab untuk mengimplementasikan konversi tersebut.
“Kami ingin beralih ke sistem yang lebih ramah lingkungan dan juga memperluas layanan untuk menarik banyak pelanggan dari kendaraan pribadi,” ujar Afrinda dari Divisi Transportasi Provinsi DKI Jakarta. Hal ini tampaknya merupakan tugas yang berat: dari 45 juta perjalanan penumpang harian di Jakarta, hanya sekitar 4% yang menggunakan transportasi umum - lebih dari setengahnya menggunakan bus Transjakarta. “Agar kita dapat benar-benar membuat perubahan menuju udara yang lebih bersih, kita perlu membuat orang-orang meninggalkan mobil mereka dan beralih ke kereta api dan bus listrik,” tambah Afrinda.
Sebelumnya, awal tahun 2022 lalu, Jakarta - yang diselimuti kabut asap - menjadi berita utama internasional sebagai kota dengan udara paling tercemar di dunia selama beberapa minggu. Pemerintah pusat kemudian membentuk satuan tugas darurat untuk mengurangi polusi udara. Asap beracun dari lalu lintas jalan raya, bersama dengan emisi dari pembangkit batu bara yang mengelilingi kota, merupakan sumber utama polusi udara, termasuk particulate matter.
“Knalpot kendaraan yang bertahan dalam konsentrasi tinggi di kota dengan sedikit angin sangat beracun,” kata pakar polusi udara UNEP, Bert Fabian, seraya menambahkan bahwa di negara seperti Indonesia, di mana batu bara menyumbang lebih dari 60% pasokan listrik, beralih ke kendaraan listrik masuk akal dari segi lingkungan jika mempertimbangkan dampak polusi udara terhadap kesehatan. “Transisi menuju energi terbarukan adalah sebuah kenyataan, sehingga listrik akan menjadi ramah lingkungan setiap saat. Dan sampai hal itu terjadi, mengurangi jumlah asap knalpot di kota-kota sudah memberikan manfaat instan.”
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah kota untuk membantu membersihkan udara Jakarta yang terkenal tercemar melalui promosi peningkatan penggunaan transportasi umum dan berjalan kaki/sepeda.
Masalah baterai
Mengganti seluruh armada bus merupakan tantangan logistik yang besar.
Jakarta memiliki tiga jenis bus. Rute-rute di jalan sekunder adalah rute yang paling mudah untuk bis listrik: 2.600 bus yang beroperasi di jalur tersebut mengarungi 200 kilometer per hari dan dapat diisi ulang di depo bus dalam semalam. Sebaliknya, 1.200 bus yang melayani koridor bus jalur cepat di Jakarta menempuh jarak 250 kilometer per hari – yang tidak cukup ditempuh oleh baterai yang terisi penuh. Oleh karena itu, bus-bus ini perlu diisi daya di tengah hari juga. Hal ini mengharuskan dibangunnya fasilitas pengisian daya baterai di beberapa lokasi di sepanjang rute bus, sehingga meningkatkan biaya awal dan operasional. Lebih dari 6.000 minibus, yang beroperasi di jalan-jalan kecil di lingkungan kota, menimbulkan tantangan yang lebih besar: bus-bus ini menghabiskan malam di jalanan dan dibawa ke depo hanya untuk diservis. Mengaliri listrik ke jalur-jalur ini akan membutuhkan jaringan stasiun pengisian daya yang kompleks.
Semua ini telah dipetakan oleh Transjakarta dan ITDP, dalam proyek di tahun 2021-2022 yang didanai oleh UNEP. “Kami semua tahu solusinya - segera setelah kami mendapatkan mandat dan uangnya, kami dapat memulai,” kata Bayu Purbo, Manajer Urusan Armada dan Pengemudi Transjakarta. Mandat tersebut diharapkan akan datang dalam bentuk keputusan implementasi oleh departemen transportasi provinsi, yang secara resmi menetapkan jadwal dan memberikan wewenang pada Transjakarta untuk bergerak melampaui fase percontohan.
Ini diharapkan akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, kata Afrinda, sehingga pengadaan bus dapat dimulai paling cepat pada tahun 2024 - dimulai dengan armada yang beroperasi di jalan-jalan sekunder, sementara infrastruktur pengisian daya dibangun untuk bus koridor dan minibus. Menurut peraturan gubernur, separuh dari armada bus harus bertenaga listrik pada tahun 2027, dan seluruh armada pada tahun 2030.
Tanggung jawab produsen yang diperluas untuk mengelola baterai dalam ekonomi sirkular adalah bagian dari upaya tersebut, tambahnya.
Kerja sama yang telah terjalin lama
Dukungan teknis pada elektrifikasi bukan pertama kalinya UNEP memberikan dukungan keahlian untuk membantu meningkatkan kualitas udara. Pada tahun 2001-2002, UNEP membantu pemerintah menyusun dan mengimplementasikan peraturan untuk menghilangkan kandungan timbal dalam bensin dan sejak saat itu mendukung berbagai upaya untuk mempromosikan transportasi yang bersih dan berkelanjutan. Proyek “Bus Rapid Transit dan Perbaikan Area Pejalan Kaki di Jakarta”, yang berlangsung dari tahun 2006-2012, membantu meningkatkan dan memperluas rute dan jumlah penumpang Transjakarta.
“UNEP berkomitmen untuk mendukung Indonesia dengan keahlian teknis dan praktik-praktik terbaik dari negara lain,” ujar Nico Marhehe, Koordinator Program UNEP. “Indonesia, sebagai negara terpadat keempat di dunia, memiliki peran kunci dalam transisi hijau global.”