Menghijaukan sektor pariwisata: Kementerian Pariwisata dan ILO memulai implementasi proyek untuk membantu menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan
-----
Membantu masyarakat dengan potensi pariwisata yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan dari pariwisata hijau melalui "pekerjaan hijau" adalah inisiatif baru dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), yang didukung oleh Partnership for Action on Green Economy (PAGE) PBB Indonesia.
Pekan lalu, lebih dari 30 pejabat pemerintah, dosen universitas, dan perwakilan masyarakat dari berbagai destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia berpartisipasi dalam acara pelatihan bagi para pelatih yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) untuk mempelajari cara mempersiapkan masyarakat dan lulusan pariwisata dengan lebih baik dalam menghadapi peluang ekonomi hijau.
"Pekerjaan hijau baik untuk masyarakat, baik untuk lingkungan dan baik untuk ekonomi - tetapi membutuhkan perubahan pola pikir: beralih dari konsumsi ke konservasi sumber daya," ujar Martini M. Paham, Deputi Menteri Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Para peserta mengatakan bahwa mereka akan menerapkan apa yang telah mereka pelajari ke dalam pekerjaan mereka.
"Pendekatan partisipatif yang dikombinasikan dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau dan biru dapat menyuntikkan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam pelatihan secara lebih efektif," kata Endang Komesty Sinaga, seorang dosen dari Politeknik Pariwisata Bandung, yang juga mendukung desa-desa wisata di Jawa Barat.
Menjalankan pertemuan ramah lingkungan baik untuk lingkungan dan juga untuk bisnis, karena banyak perusahaan yang ingin menyelenggarakan acara perusahaan yang lebih ramah lingkungan, kata Muhammad Arfin dari Politeknik Pariwisata Makassar. "Dengan menularkan pemahaman ini dan pengetahuan terkait kepada mereka yang bekerja di bidang pariwisata dan juga kepada para mahasiswa yang mempelajari pariwisata akan menciptakan peluang nyata bagi mereka untuk memenuhi permintaan akan pariwisata korporat yang ramah lingkungan," jelasnya.
Ana Tri Astuti dari desa wisata Kabondalem Kidul di dekat Yogyakarta mengatakan bahwa proyek wisata komunitasnya, yang berfokus pada penyediaan katering makanan tradisional, telah mendapatkan manfaat dari pariwisata hijau. "Pelanggan di segmen pasar kelas atas menghargai dan bersedia membayar lebih untuk penggunaan bahan kemasan tradisional daripada plastik," katanya. "Mampu menawarkan hal tersebut telah membantu daya saing kami."
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berharap bahwa inisiatif kolaborasi ini dapat terus berlanjut untuk mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia, jelas Paham.
Inisiatif ini merupakan pengembangan dari proyek percontohan ILO sebelumnya, yang berakhir pada tahun 2023, memberikan kapasitas kepada para dosen pariwisata di lembaga pendidikan tinggi di Sulawesi Utara untuk bekerja dengan masyarakat pesisir dan mempersiapkan mereka untuk menjadi wirausahawan pariwisata hijau dan biru. Baca lebih lanjut mengenai dampak proyek tersebut terhadap mata pencaharian masyarakat di sini. Proyek ini juga merupakan kelanjutan dari pertemuan regional yang diadakan akhir tahun lalu dengan tema "Transisi Menuju Ekonomi Hijau dan Biru. Belajar dari pengalaman Sulawesi Utara."
"ILO, bersama dengan badan PBB lainnya, tetap berkomitmen untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya mengembangkan pariwisata hijau melalui inovasi dan kemitraan," kata Simrin Singh, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste. "Kami sangat senang melihat komitmen Kementerian untuk meningkatkan inisiatif percontohan kami sebelumnya. Hal ini akan mengarah pada penciptaan lapangan kerja yang layak di seluruh ekosistem sektor yang vital ini, yang akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia dan juga planet kita yang rapuh ini."