Program Petani Keren: Memberdayakan generasi penerus wiratani Indonesia
-----
Petani Indonesia kian menua, dan hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan bagi negara dengan populasi terbesar keempat di dunia ini.
Hampir 80% petani Indonesia berusia 40 tahun ke atas menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2023. Sebagian besar dari mereka adalah petani kecil dengan akses terbatas ke pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, anak muda kian menjauh dari ladang dan memilih pekerjaan di perkotaan yang dianggap lebih menguntungkan.
Untuk mengatasi tantangan ini, program regenerasi petani, Petani Keren, diluncurkan pada tahun 2024 oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan dukungan teknis dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
“Populasi usia kerja Indonesia yang terus meningkat menjadi kekuatan besar dalam memajukan sektor agripangan. Sektor ini masih menjadi penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia, dengan jumlah pekerja mencapai 45 juta orang atau hampir seperempat dari angkatan kerja. Namun, tantangannya adalah untuk untuk membuat sektor ini lebih produktif dan menarik, terutama bagi mereka yang berusia 18-40 tahun,” kata Idha Widi Arsanti, Ketua Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.
Ia menekankan bahwa untuk memaksimalkan potensi demografi ini, diperlukan perubahan paradigma dalam memandang pertanian—dari yang sebelumnya hanya dianggap sebagai karier cadangan menjadi ladang bisnis yang dinamis dan inovatif. “Melalui inisiatif seperti program Petani Keren, kami ingin memberdayakan kaum muda dengan keterampilan, pola pikir, dan sarana yang mereka butuhkan untuk berkembang sebagai agen perubahan di komunitas mereka dan sistem agripangan yang lebih luas,” imbuhnya.
Inisiatif ini pertama kali digagas oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Moeldoko, pada Forum Pangan Dunia (World Food Forum (WFF) 2023, yang diselenggarakan di kantor pusat FAO di Roma, Italia. Dalam pertemuan bilateral, Direktur Jenderal FAO QU Dongyu berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam inisiatif ini.
Dalam waktu kurang dari setahun, komitmen tersebut telah terwujud dalam program pengembangan kapasitas yang menargetkan banyak anak muda dari seluruh penjuru Indonesia selama beberapa tahun mendatang. Program ini menawarkan mereka pendidikan intensif dan kerja lapangan seputar sistem pertanian inovatif yang komprehensif; dimulai dengan memetakan permintaan pasar lokal dan mengadopsi pertanian yang efisien dan adaptif, hingga mengolah tanaman lokal menjadi produk bernilai tambah.

Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste menjelaskan, “Kolaborasi ini bertujuan untuk membina bukan hanya lebih banyak petani – tetapi lebih banyak petani ‘keren’. Mereka yang masih muda, berjiwa wirausaha, dan mengikuti perkembangan teknologi terkini.”
Aryal mengakui bahwa pekerjaan di sektor agripangan selama ini dianggap sebagai pekerjaan kasar yang ketinggalan zaman dan tidak menguntungkan. Namun, ia yakin bahwa generasi muda memiliki kreativitas, inovasi, dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dapat mengubah haluan dari sektor yang berperan amat penting dalam menyediakan makanan bagi kita ini.
Mengubah perspektif

Pelatihan angkatan pertama program ini baru saja rampung dengan melibatkan 38 anggota pramuka berusia 18-30 tahun dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Salah satu lulusannya adalah Putri Puspaningrum, 24, koordinator KELAPA Agripreneur, kelompok pemuda tani Pramuka Nasional di Jakarta. Ia mengapresiasi pelatihan yang telah memperkenalkannya ke berbagai pendekatan pertanian terkini.
"Apa yang dulunya dianggap sebagai bidang yang kurang menjanjikan kini menawarkan berbagai kemungkinan karier. Saya berharap bisa menunjukkan peluang ini kepada anak-anak muda di kota kelahiran saya, Bogor, di mana masih banyak yang berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan," kata Putri.
Dengan menggabungkan pengetahuan yang baru diperolehnya ke dalam kurikulum KELAPA Agripreneur, Putri ingin menunjukkan bahwa sistem agripangan dapat menjadi sektor yang menarik bagi anggota pramuka lainnya sejak usia dini. Di Indonesia, banyak pelajar dari tingkat taman kanak-kanak hingga universitas tergabung dalam jaringan pramuka.

Program Petani Keren juga memperkenalkan smart farming yang memadukan teknologi digital dan adaptif, serta pertanian permakultur dan semi-intensif kepada anak muda. Pendekatan ini membantu mereka menghasilkan hasil panen yang lebih tinggi dengan sumber daya dan dampak lingkungan yang lebih sedikit, sehingga menghasilkan lebih banyak keuntungan. Model pendekatan ini, termasuk rumah kaca, telah dikembangkan di pusat pelatihan Petani Keren. Berlokasi di Jakarta, fasilitas ini milik Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan menaungi KELAPA Agripreneur.
Muhammad Abi Fata, 23, lulusan lain yang tengah merintis usaha agribisnis di Sukabumi, Jawa Barat, menyatakan keterbatasan akses ke pasar menjadi alasan orang tuanya yang merupakan petani tidak mengizinkannya bekerja di bidang pertanian. Namun, Abi yakin dengan inovasi yang tepat seperti yang ditunjukkan dalam program ini, ia dapat menavigasi pasar dan bisnis dengan lebih baik.
“Sebelum program ini, pengetahuan saya tentang pertanian terbatas pada kegiatan di lahan pertanian. Sekarang saya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan rencana bisnis yang memaksimalkan potensi tanaman lokal, seperti tanaman kelor di Sukabumi,” kata Abi.
Memperluas dampak
Untuk memperluas dampaknya, program ini akan melibatkan lebih banyak pemuda Indonesia dengan memperluas pusat pelatihannya ke Lampung di pulau Sumatera. Provinsi ini merupakan salah satu pusat produksi kelapa, pisang, beras, dan kopi nasional, di antara banyak tanaman lain yang amat produktif.
Lulusan program ini juga akan tergabung dalam WFF cabang Indonesia, sebuah jaringan pemuda nasional independen yang berafiliasi dengan cabang di 20 negara lain di seluruh dunia dan difasilitasi oleh FAO. Dengan melanjutkan pertukaran ide, pengetahuan, dan jaringan, para ‘agripreneur keren’ Indonesia dapat terus memupuk inovasi dan kolaborasi lintas negara.
Di Tulis oleh
