Kita hidup di dunia yang penuh dengan berbagai macam bahaya, di mana risiko bersifat sistemik dan tertanam di dalam struktur pembangunan manusia.
Saat ini kita sedang berjuang dengan apa yang digambarkan oleh beberapa orang sebagai tsunami kematian dan penyakit akibat COVID-19.
Metafora ini muncul dengan mudah karena ingatan kita masih kuat akan bencana yang terjadi secara tiba-tiba terburuk di abad ini, yaitu tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang merenggut lebih dari 227.000 nyawa.
Kesiapsiagaan pandemi dapat meminjam banyak hal dari kemajuan yang telah kita capai dalam mengurangi korban jiwa dalam skala besar akibat tsunami.
Saat ini sudah ada sistem peringatan dini di mana pun pesisir pantai yang rentan.
Sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa bekerja sama dengan para mitra di seluruh dunia untuk mengedukasi masyarakat, mengadakan latihan, membuat rute evakuasi, dan melakukan segala hal yang mungkin dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa yang besar ketika tsunami berikutnya datang.
Dan itu pasti akan datang, seperti halnya pandemi, badai, banjir, kekeringan, atau gelombang panas berikutnya.
Ketika tsunami melanda, tsunami merupakan ujian tertinggi bagi tata kelola dan institusi yang telah dibangun untuk mengelola risiko bencana.
Memperkuat tata kelola risiko bencana merupakan tema Hari Kesadaran Tsunami Dunia tahun ini.
Hal ini akan membantu membangun ketahanan kita terhadap semua bahaya, baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia.