Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kehidupan kita telah menjadi pengubah permainan dalam banyak hal, termasuk memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Selama pandemi COVID-19, kehadiran TIK menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk membuat kita tetap terhubung, serta menjaga layanan dan bisnis penting tetap berjalan.
Pada tanggal 22 April 2021, Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia merayakan Hari Jadi ke-10 Perempuan dalam TIK di Segmen Tingkat Tinggi. Acara ini diselenggarakan secara virtual dengan menghadirkan pembicara dari Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia, ITU Asia Pasifik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Meskipun secara virtual, semangat inklusi dan kebutuhan akan kesetaraan dapat dirasakan melalui layar kaca. Para pembicara menekankan pentingnya anak perempuan dan perempuan di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, Matematika) di semua sektor untuk menjembatani kesenjangan gender. Menurut Valerie Julliand, Koordinator Perwakilan PBB di Indonesia, "TIK merupakan inti dari misi PBB. TIK mendekatkan kami dengan orang-orang yang kami layani, mendistribusikan bantuan, mendukung kelompok-kelompok yang terpinggirkan, dan mencegah mereka tertinggal dalam hal akses terhadap teknologi. Tidak meninggalkan siapa pun di belakang berarti tidak membiarkan siapa pun offline."
Sejak tahun 2011, Hari Anak Perempuan dalam TIK bertujuan untuk menginspirasi gerakan global untuk meningkatkan representasi anak perempuan dan perempuan dalam teknologi. Atsuko Okuda, Direktur Regional ITU Asia Pasifik, mengingatkan kita bahwa acara ini "adalah tentang menyediakan akses, menggunakan TIK dengan cara yang bermakna" dan juga "berkontribusi pada pencapaian SDGs. Pesan saya untuk anak perempuan di Hari TIK: tetaplah bertekad, bermimpilah yang besar, langit tidak lagi menjadi batas."
Masalah yang ada di Indonesia adalah meskipun perempuan merupakan 59% dari seluruh lulusan, hanya 35% yang lulus dari jurusan teknologi, dan hanya 18% yang berhasil mencapai posisi manajemen senior. Untuk mengatasi masalah ini, kampanye Girls in ICT tahun ini mengundang para pelajar dari kategori sekolah menengah atas dan universitas di Indonesia untuk berpartisipasi dalam kompetisi konten multimedia. Enam siswa berhasil memukau para juri dengan karya kreatif mereka dan menerima hadiah uang tunai dan beasiswa. Acara ini mengingatkan kita bahwa Girls in ICT sangat penting untuk membantu mencapai kesetaraan gender, serta membangun komunitas dan ekonomi yang lebih kuat.
Pandemi COVID-19 dan situasi bencana menandakan adanya urgensi untuk meningkatkan literasi digital dan akses ke bidang-bidang yang berhubungan dengan STEM bagi semua perempuan. Kita membutuhkan anak perempuan di bidang TIK untuk membantu menyelesaikan banyak tantangan paling mendesak di dunia. Keterlibatan mereka dalam TIK, terutama dalam menghadapi pandemi, akan memberdayakan perempuan untuk mengatasi dampak sosial ekonomi dari masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak adanya tindakan untuk mempromosikan anak perempuan di bidang TIK dapat memperburuk ketidaksetaraan gender. Tidak ada alasan mengapa anak perempuan dan perempuan harus tertinggal.
Baca liputan acara di sini: https://twitter.com/UNinIndonesia/status/1385094021467361281