Memperkenalkan Pulau Belitong: Geopark Global UNESCO Terbaru di Indonesia
Saat ini, dunia mengenal 17 lokasi wisata tersebut karena keunikannya dalam hal geologi, biologi, dan budaya
Pada tahun 1860, sekelompok investor Belanda berkumpul di sebuah hotel di Den Haag untuk mendiskusikan konsesi pertambangan timah yang sudah berlangsung hampir seabad di wilayah yang saat itu masih bernama Hindia Belanda. Perusahaan yang mereka dirikan untuk mengekstraksi bijih timah, NV Billiton Maatschappij, kelak berkembang menjadi BHP-Billiton, perusahaan tambang terbesar kedua di dunia.
Selama berabad-abad, pulau di Indonesia yang menjadi inspirasi nama Billiton ini dikenal sebagai penghasil kasiterit, mineral yang ditambang untuk timah. Namun saat ini, keunikan geologi Belitong telah menarik perhatian dunia internasional dengan cara yang berbeda. Pada tanggal 21 April, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengumumkan delapan Geopark Global baru. Diantaranya: Belitong (juga disebut Belitung), dan lebih dari 200 pulau kecil di wilayah laut yang luas di sekitarnya.
"Dunia saat ini mengakui 17 lokasi wisata tersebut karena keunikannya dalam hal geologi, biologi, dan budaya," kata Gubernur Kepulauan Bangka-Belitong Erzaldi Rosman Djohan kepada media lokal baru-baru ini, "Mudah-mudahan (pengakuan UNESCO) akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke provinsi ini."
Yang menonjol di antara atraksi-atraksi wisata tersebut adalah lanskap granit Tor Belitong yang spektakuler-bentang alam yang bergulung-gulung dan dihiasi singkapan batu yang berdiri sendiri, yang tercipta dari erosi dan pelapukan selama ribuan tahun. Geologi pulau ini juga mencakup tektit yang langka, yang terbentuk sebagai hasil dari tumbukan meteorit. Geopark ini merupakan rumah bagi lebih dari 288.000 orang dengan beragam budaya termasuk Suku Sawang, serta spesies tanaman dan hewan endemik seperti Tarsius Belitong.
"Belitong merupakan tambahan yang signifikan bagi jumlah Geopark Global UNESCO di Indonesia," ujar Dr. Hans Thulstrup, senior program officer di kantor UNESCO di Jakarta.
Bentang alam granit Tor yang unik, sisa-sisa dampak meteorit, warisan pertambangan dan budaya lokal yang beragam menjadikannya situs yang memiliki potensi pariwisata yang signifikan. Namun, di saat yang sama, ekologinya yang kompleks membutuhkan pengelolaan yang hati-hati dan terintegrasi untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang, kata Thulstrup: "Penetapan UNESCO Global Geopark akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tujuan ini."
Status baru Belitong datang pada saat yang kritis bagi konservasi ekosistem global. Selama karantina wilayah akibat pandemi COVID-19 secara nasional, tidak adanya aktivitas manusia di kota-kota memperkuat ungkapan populer bahwa "alam sedang memulihkan diri." Gambar-gambar yang dibagikan secara luas menunjukkan satwa liar yang bangkit kembali di ruang-ruang kota: kanguru yang melintasi pusat kota Adelaide, kerbau yang berkeliaran di jalan raya Delhi yang kosong, dan lumba-lumba yang berkeliaran di jalur pelayaran Turki. Namun, di banyak wilayah termiskin di dunia, sesuatu yang berbeda terjadi: hilangnya keanekaragaman hayati semakin cepat, demikian yang dilaporkan oleh New Scientist pada awal tahun ini. Pandemi telah membuat inisiatif konservasi yang penting terhenti; sementara itu, tekanan ekonomi telah menyebabkan lonjakan deforestasi dan perburuan liar di beberapa daerah.
Indonesia telah mengambil langkah penting menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Laju kehilangan hutan primer di negara ini menurun selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2020, menurut World Resources Institute. Faktanya, tahun lal u Indonesia keluar dari tiga negara teratas dalam hal kehilangan hutan primer, sebagian karena pemantauan dan pencegahan kebakaran yang lebih baik, serta reformasi perhutanan sosial dan agraria yang telah mendorong penggunaan lahan yang lebih berkelanjutan.
Namun, Indonesia masih berada di peringkat keempat dunia dalam hal kehilangan hutan primer. Studi terbaru menunjukkan bahwa meskipun tingkat kehilangan hutan secara nasional menurun, kehilangan hutan di beberapa titik keanekaragaman hayati-seperti Papua-sebenarnya semakin cepat seiring dengan pergerakan agribisnis ke arah timur.
Melindungi keanekaragaman hayati sangat penting bagi kesehatan manusia dan juga kesehatan tanaman kita. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengaitkan hilangnya keanekaragaman hayati dengan peningkatan risiko penyakit zoonosis baru yang berpindah dari hewan ke manusia, seperti COVID-19.
Belitong akan menjadi UNESCO Global Geopark keenam di Indonesia, yang didefinisikan oleh organisasi budaya tersebut sebagai "kawasan terpadu dengan warisan geologi yang memiliki nilai penting secara internasional." Situs-situs lain di Indonesia yang telah menerima penetapan tersebut termasuk Gunung Batur di Bali dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.
Namun, warisan geologi unik yang menarik para penambang Eropa ke Belitong pada awal abad ke-19 telah menjadi berkah sekaligus kutukan. Belitong dan pulau kembarnya, Bangka, memasok sekitar 90% timah di Indonesia, pengekspor logam terbesar kedua di dunia. Penambangan logam, yang digunakan dalam konduktor dan ponsel pintar, merupakan kontributor penting bagi ekonomi lokal, tetapi juga telah merusak tanah, merusak pantai, dan menghancurkan hutan bakau. Dan kasiterit sering kali diekstraksi oleh para penambang tradisional yang bekerja dalam kondisi berbahaya.
Status Global Geopark UNESCO dirancang untuk melindungi keunikan geologi dan budaya Belitung, mendorong pariwisata hijau dan mendorong praktik-praktik terbaik dalam bidang lingkungan. Pemerintah Indonesia telah berjanji untuk menggunakan penetapan tersebut untuk meningkatkan ekonomi tradisional masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Komitmen tersebut sangat penting jika Indonesia ingin terus berkembang secara berkelanjutan. Hal ini juga terkait dengan keharusan global. Pada tanggal 5 Juni, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan secara resmi meluncurkan dekade restorasi ekologi, sebuah inisiatif untuk mencegah, menghentikan, dan membalikkan degradasi setiap ekosistem di planet ini. Pencapaian ini dapat membantu mengakhiri kemiskinan, memerangi perubahan iklim, dan mencegah kepunahan massal-tetapi hal ini hanya dapat dilakukan jika semua orang melakukan peran masing-masing. Belitong adalah contohnya, kata Valerie Julliand, Koordinator Perwakilan PBB untuk Indonesia.
"Kita perlu melihat planet ini dan makhluk hidup di dalamnya bukan sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi, tetapi sebagai harta karun yang harus dilindungi," kata Julliand, "dengan begitu, kita melindungi diri kita sendiri."