Remaja Berkomitmen untuk Berhenti Merokok pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Chatbot U-Report memberikan informasi kepada kaum muda di Indonesia mengenai dampak buruk tembakau dan mengajak mereka untuk bergabung dalam kampanye global.
Saat RPY* duduk di kelas dua SD, ia diajak oleh teman-teman di sekolahnya di Padang untuk mencoba rokok. Saat tumbuh dewasa, ia melihat ayahnya merokok dan menonton iklan rokok di TV, yang membuatnya penasaran. Setelah itu, ia melanjutkan kebiasaan tersebut karena rokok merupakan barang yang murah dan mudah didapatkan di sekitarnya.
Pengalaman seperti yang dialami RPY adalah hal yang sangat umum terjadi di kalangan anak muda di Indonesia. Meskipun usia minimum legal untuk merokok adalah 18 tahun, lebih dari sepertiga remaja laki-laki berusia 15-19 tahun saat ini sudah merokok, dan lebih dari setengahnya sudah mulai merokok sebelum usia 15 tahun. Akses yang mudah untuk mendapatkan rokok dari toko-toko dan iklan di TV serta di tempat penjualan membantu mendorong keputusan untuk mulai merokok dan membuat mereka sulit untuk berhenti.
Tingginya tingkat penggunaan tembakau di kalangan anak muda dan orang dewasa memiliki implikasi yang sangat besar bagi kesehatan masyarakat. Antara tahun 1990 dan 2019, jumlah kematian di Indonesia yang disebabkan oleh tembakau meningkat tajam sebesar 118 persen, yang mengakibatkan lebih dari 246.000 kematian terkait tembakau pada tahun 2019.
"Meskipun pandemi COVID-19 sangat menghancurkan, jumlah kematian yang disebabkan oleh rokok jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kematian yang disebabkan oleh tembakau setiap tahunnya," ujar Valerie Julliand, Koordinator Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia. "Indonesia merupakan salah satu pasar rokok terbesar di dunia, dan penggunaan tembakau menimbulkan beban kesehatan yang tidak dapat ditoleransi di negara ini, terutama bagi kaum muda."
Mendefinisikan kembali "keren" di kalangan anak muda
Di seluruh dunia, sekitar 780 juta orang mengatakan bahwa mereka ingin berhenti merokok, namun hanya 30 persen yang memiliki akses terhadap alat untuk membantu mereka mengatasi kecanduan fisik dan mental terhadap tembakau. Menanggapi hal tersebut, WHO baru-baru ini meluncurkan kampanye global "Commit to Quit", yang bertujuan untuk mendukung 100 juta orang untuk berhenti merokok melalui berbagai inisiatif dan solusi digital.
Untuk melokalkan kampanye tersebut di Indonesia, UNICEF meluncurkan inisiatif #KerenGakSih di media sosial sebagai upaya untuk mengubah sikap sosial terhadap rokok dan menjadikan berhenti merokok sebagai sesuatu yang keren di kalangan anak muda. Sebagai bagian dari inisiatif ini, UNICEF melakukan jajak pendapat antara tanggal 8 April dan 5 Mei mengenai penyakit tidak menular melalui platform keterlibatan anak muda U-Report. Lebih dari 3.700 anak muda dari seluruh Indonesia berpartisipasi melalui WhatsApp dan Facebook Messenger.
Seperti yang terlihat pada jajak pendapat U-Report sebelumnya, sebagian besar responden (67,6 persen) menempatkan Internet sebagai sumber informasi utama mereka tentang penyakit tidak menular. Mayoritas besar (91,3 persen) menjawab bahwa tembakau tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari, lebih tinggi daripada alkohol (85,7 persen) dan polusi udara (76,2 persen).
Pada saat yang sama, UNICEF meluncurkan chatbot U-Report untuk memberikan fakta-fakta mengenai rokok kepada pengguna - seperti faktor-faktor yang mempengaruhi, dampaknya terhadap kesehatan, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk berhenti merokok - serta mengajak mereka untuk bergabung dalam kampanye Commit to Quit.
"Informasi dari U-Report sangat bermanfaat," kata Daffa Ramadhan, seorang U-Reporter berusia 17 tahun dari Karawang, Jawa Tengah. "Saya jadi tahu tentang bahaya merokok dan apa saja yang mempengaruhi seseorang untuk merokok. Ini akan membantu saya untuk memberikan fakta-fakta tersebut kepada orang-orang di sekitar saya."
Di Sulawesi Tengah, U-Reporter berusia 17 tahun, Marshanda Pariu, berpendapat bahwa sekitar 80 persen anak muda, orang dewasa, dan orang tua di komunitasnya aktif merokok. Dia menunjuk pemasaran dan promosi sebagai faktor pendorong di balik tingginya angka tersebut.
"Sponsor, iklan, dan orang-orang yang merokok, semuanya dapat mempengaruhi seseorang untuk merokok," kata Marshanda. "Saya akan menggunakan informasi dari U-Report untuk mengkampanyekan anti tembakau dan menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan rokok."
Hingga 30 Mei, lebih dari 42.000 U-Reporters mengakses chatbot melalui WhatsApp. Pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia tanggal 31 Mei, kampanye Commit to Quit yang telah dilokalkan akan diluncurkan secara resmi di chatbot U-Report.
RPY, yang telah berhenti merokok dan mengatakan bahwa ia merasa lebih baik karenanya, menyarankan anak-anak lain di Indonesia untuk bergabung dengan kampanye ini dan menghindari rokok karena dapat membuat ketagihan dan menyebabkan masalah kesehatan.
"Setelah keluarga saya memergoki saya, saya memutuskan untuk tidak merokok," katanya. "Saya tidak batuk lagi, dan teman-teman saya mau bermain dengan saya lagi."
*Nama RY disamarkan untuk menjaga privasi.
Untuk bergabung dengan inisiatif #KerenGakSih dan berkomitmen untuk berhenti merokok, silakan kunjungi: bit.ly/ureportkeren