Air, Sanitasi, dan Kebersihan (WASH) untuk Semua: Transformasi Inklusif WASH di Puskesmas di Provinsi Lampung
Siti Chodijah masih ingat bagaimana sebagian besar teman-temannya yang merupakan penyandang disabilitas enggan untuk pergi ke Puskesmas.
"Itu sangat sulit bagi kami. Sebagian besar Puskesmas di Lampung tidak dilengkapi dengan jalur landai, sehingga orang yang menggunakan kursi roda harus digendong. Juga sangat sulit untuk mengakses toilet di Puskesmas, dengan pintu yang sempit dan tidak ada pegangan," ujar Ibu Siti, warga Bandar Lampung. "Jika sakit, kami biasanya memilih untuk tinggal di rumah daripada berobat ke Puskesmas."
Siti Chodijah, yang biasa dipanggil Susi dan bekerja sebagai penjahit, memiliki kaki kiri yang sedikit cacat karena polio yang dideritanya sejak kecil. Ia adalah salah satu dari sekitar 405.000 penyandang disabilitas di Lampung. Jumlah mereka sekitar 4,58% dari total penduduk Lampung yang berjumlah 8,85 juta jiwa.
Untuk memajukan kehidupan sesama perempuan penyandang disabilitas, ia bergabung dengan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) pada tahun 2014. Melalui HWDI dan mitranya, Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), Ia bergabung dalam upaya bersama pada tahun 2021 untuk mentransformasi Puskesmas menjadi fasilitas yang inklusif dengan akses air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) untuk semua, termasuk untuk penyandang disabilitas.
"Saya menjadi anggota gugus tugas WASH di Puskesmas Pasar Ambon. Bersama dengan anggota lainnya, saya memberikan masukan tentang bagaimana fasilitas WASH dapat melayani semua orang. Menambahkan jalur landai, melebarkan pintu, dan menyediakan pegangan tangan di toilet berarti menyediakan akses bagi kami. Perubahan seperti itu juga akan berguna bagi para lansia dan ibu hamil," kata Susi.
Dari pelatihan menuju perubahan nyata
Pada tahun 2020, Annisa Pramesti Putri, WASH Knowledge Management Officer SNV Indonesia, mengikuti salah satu pelatihan Water and Sanitation for Health Facility Improvement Tool (WASH FIT) yang diadakan oleh WHO Indonesia. WASH FIT adalah alat manajemen berbasis risiko untuk fasilitas layanan kesehatan, yang mencakup aspek-aspek kunci dari air, sanitasi, kebersihan tangan, pembersihan lingkungan, pengelolaan limbah layanan kesehatan, serta aspek-aspek tertentu dari manajemen energi, bangunan, dan fasilitas.
Pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), akademisi universitas, serta perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi, badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) turut serta dalam sesi pelatihan tersebut.
"SNV melakukan penelitian dan uji coba untuk peningkatan WASH pada tahun 2020 dan pada saat yang sama ada Pelatihan Pelatih WASH FIT. Setelah pelatihan selama empat hari, kami mengadaptasi alat dan mengimplementasikan pengetahuan tersebut di tiga kota: Bandar Lampung, Metro dan Tasikmalaya," kata Annisa.
Menurutnya, SNV Indonesia mentransfer pengetahuan mereka kepada mitra lokal dan membantu Puskesmas untuk meningkatkan layanan WASH. Di kota Bandar Lampung dan Metro, SNV Indonesia bermitra dengan YKWS. Sembilan Puskesmas - lima di Bandar Lampung dan empat di Metro - didukung untuk mengubah kualitas layanan WASH mereka menjadi lebih inklusif dan responsif gender.
WHO melanjutkan dukungan dan bantuan teknis mereka, memberikan masukan dalam sesi pelatihan SNV Indonesia dan YKWS untuk peserta di Lampung.
Dengan dukungan dari Pemerintah Kota, kesembilan Puskesmas mulai meningkatkan fasilitas mereka agar lebih inklusif dan responsif gender. Puskesmas Margorejo di Kota Metro menambahkan jalur landai di pintu masuk dan toilet. Pintu toilet diperlebar dari 80 menjadi 100 cm agar kursi roda dapat masuk dan keluar dengan lebih mudah. Toilet dilengkapi dengan tirai tambahan untuk meningkatkan privasi pengguna.
Sementara itu, gugus tugas di Puskesmas Kedaton memutuskan untuk menyediakan manajemen kebersihan menstruasi di toilet perempuan. Mereka menganggap penting untuk memenuhi kebutuhan akan produk kebersihan menstruasi dan memastikan kesehatan menstruasi serta manajemen pendarahan, terutama di kalangan remaja dan ibu nifas.
Puskesmas juga mengubah proses pendaftaran dan ruang tunggu mereka untuk memprioritaskan penyandang disabilitas, bersama dengan ibu hamil dan pasien lansia.
"Kami memiliki banyak pasien penyandang disabilitas, lansia, dan ibu hamil. Mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan kesehatan, dan kami memprioritaskan kelompok masyarakat yang lebih rentan untuk dilayani di Puskesmas," ujar Rosnilam, Kepala Puskesmas Margorejo.
Pelajaran dari proses tersebut
Dari proses upaya kolektif selama dua tahun, para pemangku kepentingan di Lampung mendapatkan banyak pelajaran. Annisa mengatakan organisasinya mengidentifikasi bahwa keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam gugus tugas WASH memungkinkan adanya mekanisme timbal balik yang saling menguntungkan. Anggota gugus tugas terdiri dari perwakilan penyandang disabilitas, perempuan, pemuda, dan organisasi keagamaan yang tinggal di sekitar Puskesmas.
Hal ini berarti perbaikan di Puskesmas didasarkan pada kebutuhan aktual penerima manfaat. Puskesmas dapat mengumpulkan masukan langsung dari para penggunanya dan secara paralel merasakan tanggung jawab untuk memenuhi tugas mereka kepada masyarakat.
"Yang juga penting adalah dukungan dari pemerintah kota dan walikota. Ketika mereka memiliki visi yang sama, semua orang dari atas sampai bawah akan bergerak bersama," ujarnya.
Pendekatan partisipatif YKWS memicu rasa memiliki yang mendalam terhadap manajemen Puskesmas karena fasilitator YKWS melibatkan mereka dalam setiap langkah program.
"Misalnya, dalam membahas indikator WASH yang inklusif, kami tidak memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Kami meminta mereka untuk secara kolektif memberikan masukan dan menentukan indikator yang akan diterapkan di Puskesmas mereka," ujar Yulian Gressando, Monitoring, Evaluasi, Akuntabilitas, dan Pembelajaran YKWS.
Hal ini membuat manajemen Puskesmas semakin antusias untuk meningkatkan layanan mereka. Pada bulan Juli 2022, perwakilan dari sembilan Puskesmas berkumpul dalam dua lokakarya untuk menetapkan prosedur operasional standar dalam meningkatkan layanan WASH. Mereka berpartisipasi aktif dan menghidupkan diskusi dengan semangat yang sama untuk menjadikan Puskesmas lebih baik dan lebih inklusif bagi semua orang.
Melangkah maju
Melihat peningkatan yang terjadi di Puskesmas yang berpartisipasi, Pemerintah Kota Metro telah berkomitmen untuk mereplikasi WASH FIT di tujuh Puskesmas lainnya. Pemerintah Kota Metro telah memutuskan untuk meningkatkan anggaran Puskesmas di tahun 2023 untuk memastikan mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk meningkatkan layanan WASH mereka.
"Tidak boleh ada yang tertinggal dalam proses pembangunan. Setiap orang harus memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak serta kebersihan," ujar Dr H. Wahdi, Walikota Metro. "Kami telah melihat peningkatan yang mengesankan di Puskesmas kami dan masyarakat sekitar sangat mendukung. Kami perlu bekerja terus menerus, dengan melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan, untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi yang akan datang."
Sementara itu, Pemerintah Kota Bandar Lampung juga telah menyatakan komitmennya untuk mereplikasi WASH FIT di Puskesmas lainnya. Di kota ini, Puskesmas telah diminta untuk merevisi Rencana Bisnis dan Anggaran untuk tahun 2023 dengan memasukkan anggaran untuk perbaikan WASH.
Rencana replikasi tidak hanya datang dari kota Bandar Lampung dan Metro, tetapi juga dari Kabupaten Lampung Selatan yang berdekatan.
Dengan pengetahuan yang mereka peroleh, staf dari sembilan Puskesmas percontohan akan bertindak sebagai agen perubahan, menyebarkan pengetahuan mereka sebagai tutor untuk Puskesmas lain di wilayah tersebut dan sekitarnya.
***
WASH FIT didukung oleh Pemerintah Australia dan diimplementasikan oleh WHO.
Artikel ini awalnya diterbitkan di situs web WHO Indonesia