Musisi dan Komika Bersatu untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
10 Desember 2022
--
Jakarta, 10 Desember 2022 – Di hari Sabtu ini, para komika dan musisi ternama bersatu untuk menyuarakan dukungan bagi penghapusan kekerasan berbasis gender di Indonesia. Penampilan ini adalah puncak dari acara “UNiTE” yang diselenggarakan di M Bloc Space, Jakarta, dan menandakan hari terakhir dari 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
Acara “UNiTE” diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Prancis, Institut Français Indonesia, dan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia - UNDP, UNFPA, UN Information Centre, UN Women dan WHO, bekerja sama dengan Komnas Perempuan dan Jakarta Feminist. Festival seni dan musik hari ini bertujuan untuk memobilisasi dukungan publik, terutama orang muda untuk bersuara terhadap kekerasan berbasis gender.
“Kekerasan terhadap perempuan tidak dapat ditoleransi dalam situasi apapun,” ucap UN Resident Coordinator for Indonesia Valerie Julliand. “Kami bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil untuk melawan kekerasan berbasis gender, mengubah perilaku, dan di saat yang bersamaan juga mendukung korban dan penyintas.”
Perempuan di Indonesia, seperti di banyak negara lainnya, menghadapi tingkat kekerasan yang tinggi. Menurut laporan Komnas Perempuan, tercatat 338,496 kasus kekerasan terhadap perempuan selama 2021, sekitar 50 persen peningkatan kasus dilaporkan di tahun 2020, angka yang lebih tinggi dibanding tahun 2019, di mana 302,686 kasus dilaporkan. Untuk setiap kasus yang dilaporkan, masih banyak yang tersembunyi karena stigma, rasa malu, dan ketakutan terhadap pelaku.
Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2022 mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir bentuk kekerasan yang dialami perempuan: sebanyak 36% adalah kekerasan psikis, 33% kekerasan seksual, 18% kekerasan fisik dan 13% kekerasan ekonomi. “Dari jumlah tersebut kita dapat melihat besarnya kekerasan psikis dalam setiap tahunnya,” kata Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin. “Namun di Indonesia, pendampingan kekerasan psikis masih minim ahli dan sumber daya. Ini adalah salah satu sebab korban tidak mau bicara atau melaporkan kekerasan yang mereka alami, terkait dengan kondisi mental mereka.”
Acara “UNiTE” menampilkan pertunjukan dari musisi hara, The Dare, dan Yacko. Comedy for Equality, pertunjukan stand-up comedy untuk kesetaraan gender, menampilkan pertunjukan dari enam komika Indonesia yang dimentori oleh komika yang telah banyak menerima penghargaan, Sakdiyah Ma’ruf. Inisiatif Comedy for Equality yang dimulai tahun lalu oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, memberikan kesempatan untuk 20 komika untuk berpartisipasi dalam workshop stand-up comedy yang dipimpin oleh Sakdiyah Ma’ruf. Ia membantu setiap komika menampilkan komedi yang mendukung kesetaraan gender, mengubah stereotip yang misoginis, dan mendukung kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
“Komedi mungkin tidak akan mengubah perilaku secara langsung, tapi komedi bisa mendorong perubahan dengan membuka ruang diskusi terhadap topik sensitif dan membantu melawan stigma dan stereotip,” ucap Sakdiyah Ma’ruf. “Inisiatif Comedy for Equality menyediakan ruang aman bagi perempuan dan laki-laki untuk bersuara, termasuk mengenai isu kekerasan terhadap perempuan.”
“Sebuah karya, termasuk musik, juga adalah sebuah medium pengetahuan. Sadar atau tidak sadar, musik juga hadir di tengah masyarakat untuk menyampaikan pesan, nilai, perasaan, juga soal keberpihakan musisi maupun masyarakat tentang suatu hal. Musik menjadi salah satu medium penting untuk menyampaikan masih banyaknya kekerasan terhadap perempuan, pentingnya penghapusan kekerasan terhadap perempuan, juga pentingnya membangun empati, bersolidaritas dan berkolektif untuk melawan kekerasan. Kehadiran musik yang selalu terikat dengan ruang—seperti konser juga memberi kesempatan untuk berkumpul dengan lebih banyak orang dan saling menguatkan dalam kebersamaan,” ucap Rara Sekar.
“Pendidikan dan kekuatan yang dimiliki korban yang bersuara dan berbagi ceritanya, seperti yang kita lihat di gerakan #MeToo, memiliki dampak lebih besar terhadap masyarakat dibanding kebijakan nasional. Inilah yang membuat kami bangga bermitra dengan Sakdiyah, dan enam komika perempuan lainnya, serta Rara Sekar (hara), the Dare, dan Yacko. Dengan bersuara tentang kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan berbasis gender, mereka adalah aktor yang kuat untuk perubahan sosial,” kata Stephane Dovert, Direktur IFI dan Konselor Kerja Sama Kedutaan Besar Prancis di Indonesia.
###