Bapak Suminto Sastrosuwito, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan
Perwakilan dari Bappenas
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan
Kementerian terkait.
Rekan-rekan Kepala Badan PBB, Nori, John, Salil, dan Nico.
Selamat Pagi.
Izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Keuangan, khususnya kepada Pak Suminto, atas kemitraan yang telah kita jalin bersama untuk mempercepat pencapaian SDGs melalui Program Bersama ASSIST.
Program bersama ini sangat fokus untuk berinvestasi pada strategi, kerangka kerja, dan instrumen pembiayaan yang inovatif untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan SDGs, yang mencapai $1,7 triliun untuk Indonesia.
Pak Suminto, saya baru di Indonesia. Ini adalah bulan kedua saya di Indonesia. Saya telah mengikuti inisiatif ini dengan penuh rasa suka cita sejak dari jabatan saya sebelumnya, karena kontribusinya dalam memobilisasi pembiayaan pembangunan tambahan dan mengamankan kehidupan dan mata pencaharian masyarakat di pulau-pulau terluar.
Merupakan suatu kehormatan besar bagi saya untuk duduk di sini bersama Anda sebagai ketua bersama komite pengarah untuk menentukan arah babak terakhirnya.
Izinkan saya menggunakan kesempatan ini untuk menyoroti tiga hasil utama yang saya yakini sangat penting berdasarkan pengarahan dari rekan-rekan PBB.
Pertama, bantuan teknis yang diberikan oleh UNDP dalam kemitraan dengan Kementerian Anda telah memungkinkan negara ini untuk memanfaatkan $3,2 miliar melalui obligasi tematik untuk mendukung SDG. Pembiayaan ini memberikan manfaat bagi 48 juta orang, dengan dua dari tiga di antaranya adalah perempuan, anak-anak, dan remaja, melalui program pemerintah terkait SDG termasuk vaksinasi, beasiswa, dan layanan dasar. Anda dan tim Anda akan lebih memahami bagaimana hal ini diterjemahkan ke dalam dampak nyata bagi kaum muda dan perempuan di lapangan.
Jelas ada permintaan dari pasar keuangan, baik nasional maupun internasional, untuk instrumen yang aman dan bebas risiko yang menargetkan investasi LST seperti obligasi negara. Oleh karena itu, obligasi tematik yang selaras dengan TPB dapat dimanfaatkan lebih banyak lagi di masa mendatang untuk memobilisasi pembiayaan tambahan.
Kematangan pasar obligasi Anda, yang menyaksikan penerbitan sebesar $52 miliar tahun lalu, merupakan keuntungan besar. Membawa hal ini ke tingkat daerah melalui obligasi daerah untuk provinsi-provinsi yang menunjukkan kapasitas fiskal dapat menjadi strategis berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh UNICEF dan UNDP.
Kedua, UNEP telah bekerja sama dengan lima bank komersial untuk melembagakan kerangka kerja keuangan berkelanjutan dan menerapkan rencana pembiayaan transisi untuk meningkatkan portofolio LST.
Kelima bank tersebut memiliki total aset sebesar $116 miliar, dengan kurang dari seperempatnya ditujukan untuk LST. Dengan meningkatnya porsi portofolio LST, hal ini akan berdampak pada peningkatan pembiayaan untuk mengurangi emisi.
Di sisi permintaan, kemitraan UNIDO dengan hampir 900 UKM di bidang pertanian, akuakultur, tekstil, dan perhiasan meningkatkan kelayakan bank mereka untuk memperkenalkan praktik-praktik berkelanjutan dan teknologi terbaik yang tersedia. Sebagai contoh, para perempuan petambak udang telah memperkenalkan Alat Pengukur Kualitas Air Pintar yang hemat biaya dan meningkatkan produktivitas.
Ketiga, Indonesia memiliki budaya startup yang kuat yang sebagian besar dipimpin oleh anak muda, yang jumlahnya mencapai setengah dari jumlah startup di Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan rintisan ini terkait erat dengan masa depan inovasi dan transformasi digital Indonesia.
Indonesia Impact Fund telah memainkan peran penting dalam perjalanan ini sejauh ini. Sebagai percontohan, Indonesia Impact Fund telah menginvestasikan USD 2 juta kepada empat perusahaan rintisan, dengan tingkat pengembalian sebesar 18%.
Izinkan saya menyimpulkan dengan tiga rekomendasi untuk tahap akhir.
Ada kebutuhan untuk perpanjangan tanpa biaya untuk meningkatkan dampak lebih lanjut. Kami memiliki kesempatan selama sembilan bulan untuk mempertahankan, meningkatkan, dan melembagakan momentum pembiayaan berkelanjutan. Hal ini menyiratkan pendalaman dialog dengan para bankir, investor, manajer aset, dan perusahaan asuransi untuk mendukung ESG.
Program bersama ini juga membutuhkan dialog yang lebih komprehensif mengenai pembiayaan syariah dengan yayasan dan bank syariah yang bermitra dengan pemerintah. Hal ini dapat meningkatkan aset keuangan syariah untuk menjembatani defisit pembiayaan SDGs.
Terakhir, mari kita tunjukkan kepada dunia regional dan global, apa yang telah kita capai melalui kemitraan ini. Pembiayaan yang dimobilisasi melalui ASSIST telah menjangkau hampir seperenam dari populasi Indonesia dan meningkatkan $509 untuk setiap dolar yang diinvestasikan. Ini adalah contoh nyata dari kerja sama Selatan-Selatan yang memungkinkan negara-negara lain di Asia Pasifik untuk meniru keberhasilan Indonesia.
Terima kasih