Sambutan: Konsultasi Nasional untuk ratifikasi dan implementasi keanekaragaman hayati di luar yurisdiksi nasional
Yang terhormat
Bapak Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Ibu Rena Lee, Ketua IGC, Biodiversity Beyond National Jurisdiction (BBNJ)
Bapak Laurentius Amrih Jinankung, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Bapak Jodi Mahardi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Perwakilan dari Pemerintah, sekrot swasta dan masyarakat sipil.
Selamat Pagi!
Saya ucapkan selamat datang kepada Anda semua.
Senang melihat berbagai macam perwakilan yang bergabung dalam konsultasi nasional hari ini.
Hal ini mengawali proses menuju ratifikasi perjanjian di bawah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tentang Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Keanekaragaman Hayati Laut di Wilayah di Luar Yurisdiksi Nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Izinkan saya memuji Bapak Menteri Luhut, atas kepemimpinan Kementerian Koordinator Anda dan Pemerintah, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pertama yang menandatangani perjanjian laut lepas tahun lalu.
Ini adalah perjanjian baru yang paling signifikan dalam tata kelola laut dalam beberapa dekade terakhir, yang mencakup dua pertiga lautan dunia.
Seperti yang kita ketahui, lautan adalah penyerap karbon utama, menyerap sekitar 25% dari seluruh emisi karbon di dunia.
Ekosistem lautan laut lepas ini memainkan peran penting dalam menyerap karbon dengan cara menangkap dan menyimpan karbon dalam biomassa tanaman dan sedimen.
Perjanjian ini sangat penting bagi Indonesia, mengingat Indonesia memiliki salah satu garis pantai terpanjang di dunia. Apa pun yang terjadi di laut lepas akan mempengaruhi Indonesia karena laut merupakan ekosistem yang saling berhubungan.
Oleh karena itu, ratifikasi yang cepat menjadi penting.
Dari perspektif PBB, saya tahu BBNJ akan berkontribusi dalam memajukan SDGs, target Keanekaragaman Hayati Kunming-Montreal untuk melindungi 30% dari lingkungan laut dan menggandakan ekonomi biru selama dua dekade ke depan.
Karena saya masih baru di negara ini, hari ini adalah kesempatan yang baik untuk memperdalam pemahaman saya mengenai isu-isu substantif yang berkaitan dengan perjanjian tersebut.
Oleh karena itu, perjanjian ini menggarisbawahi pentingnya saling ketergantungan antara negara maju dan negara berkembang dalam mengelola sumber daya laut lepas. Hal ini memberikan arti penting bagi upaya kolaboratif internasional untuk pemanfaatan dan konservasi sumber daya laut yang berkelanjutan.
Kepemimpinan Indonesia sangat penting dalam membuat hal ini menjadi lebih inklusif, komprehensif, dengan tetap berpijak pada prinsip-prinsip kesetaraan agar semua negara mendapatkan manfaat yang sama.
Banyak stok ikan laut lepas yang dimiliki bersama oleh beberapa negara dan sangat penting bagi ketahanan pangan global. Pengelolaan yang berkelanjutan sangat penting untuk mempertahankan kegiatan penangkapan ikan pada tingkat yang memungkinkan populasi ikan beregenerasi, sehingga menjamin mata pencaharian bagi generasi mendatang.
Hal ini juga akan memastikan kesetaraan dan pembagian sumber daya dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya genetik dan jasa ekosistem yang efektif. Hal ini bukan hanya masalah keadilan, tetapi juga penting untuk kerja sama dan perdamaian internasional.
Selama negosiasi perjanjian, Indonesia memperjuangkan peningkatan keterlibatan negara-negara berkembang dalam pemanfaatan sumber daya genetik secara berkelanjutan di perairan internasional dan secara aktif mendorong agar bioteknologi menjadi aspek integral dari transfer teknologi.
Memanfaatkan bioteknologi untuk tujuan konservasi adalah kuncinya.
Teknik seperti pengurutan DNA lingkungan memungkinkan pemantauan non-invasif untuk melacak keanekaragaman dan kelimpahan spesies tanpa merusak ekosistem. Teknologi ini dapat sangat berguna di area yang luas dan sulit dipantau seperti laut lepas.
Teknik bioteknologi, seperti evolusi berbantuan atau pembiakan selektif dapat membantu spesies beradaptasi dengan kondisi yang berubah, dengan bioremediasi yang digunakan untuk membersihkan polutan dari lingkungan laut.
Demikian pula, melakukan bioprospeksi, yang merupakan pencarian senyawa kimia yang bernilai komersial di alam, akan melibatkan penerapan pedoman agar manfaat yang diperoleh dari sumber daya genetik laut dapat dibagikan kepada masyarakat global, termasuk negara-negara berkembang.
Menyelaraskan inovasi bioteknologi dengan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan yang berkelanjutan, sangat penting untuk mengatasi tantangan konservasi laut yang kompleks.
Sebagai penutup, saya menyampaikan ucapan selamat kepada Pemerintah atas kepemimpinannya yang visioner dalam memelopori proses ratifikasi pada saat kita merayakan Hari Laut Sedunia pada bulan ini.
Konferensi Laut Dunia tahun depan memberikan kesempatan untuk mengadopsi perjanjian yang mengikat secara hukum ini serta perjanjian global untuk mengakhiri polusi plastik. Pencapaian ini akan memajukan misi bersama untuk melindungi lautan kita untuk generasi mendatang.
Sekarang adalah waktunya bagi pemerintah, bisnis, investor, ilmuwan dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mendukung lautan kita.
Terima Kasih