Dialog kebijakan hari ini untuk mempercepat keberlanjutan menunjukkan kekuatan kemitraan berbasis luas melalui Jaringan Bisnis Berkelanjutan ESCAP dan APINDO
Izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada semua peserta dan para ahli atas kontribusi mereka selama diskusi panel.
Wawasan Anda membawa kita lebih dekat menuju model yang dapat diukur untuk mempercepat SDG di seluruh Asia dan Pasifik.
Sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas dengan agenda pembangunan yang berwawasan ke depan, Indonesia memiliki posisi yang sangat baik untuk menampilkan praktik terbaik dan pembelajaran tentang sirkularitas sambil belajar dari negara lain.
Yang terpenting, seperti yang telah kita dengar hari ini, sektor swasta merupakan pendorong utama sirkularitas di seluruh negara.
Oleh karena itu, sektor swasta perlu meningkatkan ambisinya dengan memperkenalkan, berinvestasi, dan meningkatkan teknologi ramah lingkungan di seluruh proses bisnisnya dan di seluruh rantai pasokannya.
Mengadopsi kerangka kerja seperti Target Berbasis Sains (SBTi) yang selaras dengan aksi korporasi akan memungkinkan percepatan tujuan netralitas karbon yang ditetapkan oleh perusahaan.
Hal yang menggembirakan, kita telah melihat di Indonesia dan di tempat lain kekuatan kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta, dan PBB, yang berfungsi sebagai pendorong untuk memanfaatkan sumber daya dan teknologi yang diperlukan untuk mempercepat proses pengurangan emisi guna memenuhi target NDC di berbagai negara.
Namun, transisi hijau yang komprehensif juga membutuhkan peningkatan pembiayaan yang inovatif.
Sebagai contoh Indonesia, dekarbonisasi yang mendalam di negara ini akan membutuhkan tambahan dana sebesar $522 miliar untuk NDC.
Kekurangan ini harus dipenuhi melalui model pembiayaan iklim yang inovatif, di mana Indonesia merupakan pemimpinnya di ASEAN.
Sebagai contoh, bersama dengan Kementerian Keuangan, PBB telah mendukung pengembangan sukuk hijau, sukuk biru, dan obligasi SDG.
Hal ini telah berhasil memobilisasi dana sebesar $10 miliar yang diarahkan untuk investasi LST melalui obligasi pemerintah dan korporasi.
PBB juga tertarik untuk terlibat dengan dana Zakat dan Wakaf dengan basis aset sebesar $27 miliar untuk memperluas pembiayaan mereka dalam mendukung SDGs secara lebih komprehensif, termasuk transisi hijau untuk membuka pembiayaan tambahan di tingkat provinsi.
Ke depannya, PBB berkomitmen untuk terus meningkatkan keterlibatannya dengan sektor swasta untuk mempercepat sirkularitas, meningkatkan dekarbonisasi, dan mendorong pembiayaan inovatif.
Hari ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi kami untuk belajar dari Anda secara langsung mengenai agenda-agenda ini dan agenda-agenda penting lainnya.
Kami dapat memanfaatkan wawasan ini saat kami terus meningkatkan ambisi di sektor swasta untuk mempercepat pencapaian SDG di Asia dan Pasifik.
Terima kasih.