Menghormati Hak Penyandang Disabilitas dengan Seni dan Kreativitas
05 Desember 2024
Memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada 3 Desember dan Hari Hak Asasi Manusia pada 10 Desember, Pusat Informasi PBB di Indonesia (UNIC) dan Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR) menyelenggarakan acara “Our Rights, Our Future Film Tour, di Indonesia.
Acara yang bertema “Empowered Persons with Disabilities, Inclusivity for All” ini menampilkan kreativitas penyandang disabilitas melalui film, seni, dan fashion untuk mempromosikan inklusivitas.
Acara ini berlangsung pada 5 hingga 7 Desember 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, meliputi pemutaran film, pameran seni, peragaan busana inklusif, dan lokakarya. Film ini terselenggara bekerja sama dengan Bumilangit Entertainment, United Nations Association of Indonesia (UNAI), dan International Labour Organization (ILO) mengadakan kampanye “Kerja Layak untuk Semua.”
“Acara ini bukan hanya berbicara tentang solusi, tetapi juga tentang merayakan kemanusiaan serta keberagaman kemampuan dan kreativitas individu,” ujar Miklos Gaspar, Direktur UNIC Jakarta. “Seni dan fashion adalah media yang kuat, dan kami mengundang masyarakat untuk melihat hal itu.”
Pekan Kreatif Orang Disabilitas ini merupakan kali kedua, kolaborasi UN dengan Bumilangit Entertainment yang dimulai tahun lalu. Acara ini menampilkan lebih dari 70 objek dan aktivitas, termasuk seni visual, seni pertunjukan, sejarah lisan, fashion inklusif, dan teknologi yang diciptakan oleh penyandang disabilitas di Indonesia.
Salah satu acara utama dalam pekan kreatif tahun ini adalah pemutaran film “Sundul Langit”, yang disutradarai oleh teman tuna netra dengan naskah yang ditulis oleh seorang penulis tuli. Film ini menceritakan kisah seorang siswa tuli yang menjalani kehidupan di sekolah inklusif.
“Film ini adalah bukti bahwa setiap orang memiliki cerita dan bakat untuk bercerita,” ujar Basuki dari Sahabat Mata, komunitas di balik film ini. “Harapan kami, film ini menginspirasi orang lain untuk melihat kemampuan, bukan keterbatasan.”
Acara lain dari peragaan busana dari Komunitas Layak ini menampilkan desain yang memberdayakan penyandang disabilitas untuk mengekspresikan diri mereka dengan percaya diri. “Fashion adalah bahasa universal,” kata Karina Aprilia dari Layak. “Melalui industri fashion, kami bertujuan untuk mendefinisikan ulang keindahan dan memberdayakan individu untuk merangkul keunikan mereka. Selain pemberdayaan, kami juga memberikan pendidikan yang khas.”
Muhammad Ibrahim, Wakil Sekertaris Jenderal Pengembangan Program UN Association Indonesian mengatakan “Kami sebagai perwakilan pemuda mendukung penuh kegiatan ini. Kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan salah satu upaya yang efektif untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya inklusivitas, khususnya bagi anak muda dan masyarakat secara luas,”
Melengkapi pameran seni, karya seniman penyandang disabilitas akan dipamerkan untuk merayakan perspektif dan kontribusi mereka dalam ekspresi kreatif. Lokakarya yang dipimpin oleh ILO dan APINDO akan memberikan strategi praktis untuk mendukung inklusivitas di tempat kerja, memperkuat visi kesetaraan dan peluang bagi semua.
“Melalui inisiatif ini, kami mengajak masyarakat untuk mengevaluasi kembali persepsi mereka dan merangkul inklusivitas,” ujar Gaspar. “Seni dan fashion adalah alat yang kuat untuk memicu percakapan dan menginspirasi perubahan.”
Bumilangit, sebagai perusahaan IP lokal Indonesia, mendukung acara ini sebagai salah satu cara efektif untuk menyebarkan informasi tentang inklusivitas dan kampanye bahwa setiap dari kita adalah “Patriot” atau “Superhero” bagi lingkungan dan keluarga. Melalui acara ini, Bumilangit ingin mengajak generasi muda untuk menghargai perbedaan dan melihat bahwa setiap manusia memiliki kesetaraan.
Menurut ILO, 6 persen populasi dunia, atau 1 dari 6 orang, mengalami disabilitas signifikan, dengan sekitar 80 persen merupakan usia kerja. Namun, hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan layak seringkali terabaikan.
Di Indonesia, menurut Sensus Nasional 2020, terdapat 38,8 juta orang yang teridentifikasi sebagai penyandang disabilitas. Namun, indikator pasar tenaga kerja disabilitas dari ILO mengungkapkan bahwa hampir 90% penyandang disabilitas di Indonesia tidak aktif, yaitu tidak bekerja atau tidak secara aktif mencari pekerjaan. Banyak dari mereka yang bekerja berada di sektor informal. Sekitar 80% pemuda penyandang disabilitas tidak bisa mendapatkan akses pekerjaan, pendidikan, atau pelatihan, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).