Peluncuran Laporan Kemajuan SDG di Asia dan Pasifik 2025 - Pidato Kepala Perwakilan PBB, Gita Sabharwal
-----
Saya senang bisa kembali ke Bangkok, tempat saya menghabiskan empat tahun yang luar biasa bekerja sama erat dengan pemerintah untuk memajukan pembangunan berkelanjutan, aksi iklim, dan inklusi sejalan dengan SDGs.
Saya melihat banyak wajah yang sudah familiar di sini, dan saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran Anda.
Seperti yang kita ketahui, dasar bukti yang kuat sangat penting untuk mempercepat pencapaian SDGs.
Kontribusi ESCAP tercermin dalam laporan tahunan tentang kemajuan SDGs ini, yang menghadirkan keahlian terbaik dalam melacak indikator dan target untuk mengidentifikasi prioritas percepatan di tingkat nasional.
Terima kasih kepada Rachel yang telah memaparkan temuan laporan ini.
Temuan ini memperdalam analisis terhadap 17 tujuan, dengan memanfaatkan data kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan ini memungkinkan perumusan kebijakan yang lebih terarah dan berbasis bukti, yang sangat penting untuk mempercepat pencapaian SDGs pada 2030.
Saya ingin menyampaikan tiga hal utama dari perspektif saya sebagai Kepala Perwakilan.
Pertama, gambaran kemajuan SDGs ini adalah alat strategis yang mudah dipahami.
Laporan ini digunakan untuk memberi informasi kepada para pemimpin politik dan pembuat kebijakan tingkat tinggi mengenai tujuan yang sudah berada di jalur yang tepat serta yang masih membutuhkan perhatian dan investasi lebih lanjut.
Saya memahami nilai dari gambaran ini secara langsung, karena telah menggunakannya dalam peran saya sebagai Kepala Perwakilan, baik di Thailand maupun sekarang di Indonesia, dalam dialog saya dengan para pemimpin politik.
Yang menggembirakan, semakin banyak negara yang mengadopsi pendekatan ini dengan mengintegrasikan data dan target nasional ke dalam kerangka pembangunan mereka.
Sepuluh negara di Asia-Pasifik telah menggunakan pelacak SDGs dalam Voluntary National Reviews mereka, dan lebih banyak negara, termasuk Indonesia dan Thailand, sedang dalam proses untuk menggunakannya.
Kedua, seperti yang disampaikan Rachel, Asia-Pasifik telah mencapai kemajuan yang baik dalam 10 dari 17 tujuan, mengungguli kawasan lain.
Namun, salah satu tujuan yang memerlukan percepatan besar adalah aksi iklim.
Hal ini mengejutkan karena kawasan ini semakin seimbang dalam menggabungkan keberlanjutan dengan pertumbuhan ekonomi.
Kurangnya kemajuan dalam aksi iklim ini menyoroti urgensi upaya bersama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Ini menjadi semakin krusial dalam konteks COP30 mendatang, di mana pemerintah akan menetapkan target paling ambisius mereka untuk mencapai netralitas karbon guna mempercepat aksi iklim.
Ketiga, dengan tenggat SDGs pada 2030, kawasan ini masih menghadapi kesenjangan data untuk mengukur kemajuan pada Tujuan 5 (kesetaraan gender) dan Tujuan 16 (perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat).
Karena masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di kedua bidang ini, mendapatkan gambaran yang jelas tentang tingkat kemajuan sangatlah penting.
Kesenjangan data saat ini mengharuskan badan-badan PBB yang bertanggung jawab untuk bekerja sama lebih erat dengan pemerintah guna mengeksplorasi sumber data alternatif.
Penting untuk diingat bahwa kemajuan SDGs tidak mungkin tercapai tanpa pendekatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Inilah alasan mengapa laporan SDGs tahun ini untuk pertama kalinya memasukkan perspektif komunitas, yang memberikan dimensi tambahan.
Misalnya, masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh dan permukiman informal sering kali tidak terlihat dalam statistik resmi.
Untuk mengatasi hal ini, inisiatif komunitas Know Your City di Asia-Pasifik mengumpulkan data berbasis warga untuk mengidentifikasi kebutuhan penduduk miskin di perkotaan guna menginformasikan intervensi menuju kota yang lebih inklusif.
Sebagai contoh, di Delhi, data yang diperoleh melalui pendekatan ini telah dimasukkan ke dalam statistik resmi untuk meningkatkan penerangan di area rawan dan meningkatkan keamanan malam hari.
Hal ini menunjukkan bahwa data berbasis komunitas tidak hanya dapat mengisi kesenjangan dalam statistik resmi tetapi juga menangkap bagaimana kemajuan SDGs berdampak pada kehidupan dan mata pencaharian masyarakat dalam skala yang lebih detail.
ESCAP juga memperkuat sistem statistik dengan memanfaatkan Big Data Hub untuk Asia-Pasifik dalam mendukung pencapaian SDGs.
Big Data dan pembelajaran mesin (machine learning) dapat digunakan untuk menguji dan meningkatkan informasi real-time dalam melacak kemajuan SDGs di berbagai sektor penting.
Contohnya termasuk menilai tingkat produksi padi saat ini berdasarkan citra satelit dan menganalisis data pergerakan ponsel untuk mengukur jumlah wisatawan sebagai bagian dari kompilasi statistik resmi.
Pendekatan ini merupakan masa depan statistik, mengingat bahwa seperlima dari indikator SDGs dapat diukur melalui Big Data.
Namun, pemanfaatan pembelajaran mesin untuk menganalisis kumpulan data besar memerlukan peningkatan kapasitas bagi para ahli statistik, ilmuwan data, dan spesialis komputasi.
Untuk itu, ESCAP sedang membangun kapasitas kantor statistik nasional dalam pembelajaran mesin di seluruh kawasan.
Saya berharap laporan ini bermanfaat dalam memahami bagaimana kita dapat memanfaatkan data baru untuk melacak dan mempercepat pencapaian SDGs.
Di PBB, kami sangat menghargai kemitraan kami dengan Anda di media, dan saya ingin mengapresiasi komitmen Anda terhadap SDGs.
Terima kasih.
Laporan Kemajuan SDG di Asia dan Pasifik 2025 dapat diakses di bit.ly/SDG-Report2025
Pidato Oleh
