Eco-Business "Membuka Akses Modal untuk Keberlanjutan: Memberdayakan Perubahan melalui Pembiayaan Ekonomi Hijau dan Biru Indonesia" - Pidato Kepala Perwakilan, Gita Sabharwal
-----
Kwok Fook Seng, Duta Besar Singapura untuk Indonesia
Meaghan See, Direktur Kemitraan Eco-Business
Saya sangat senang dapat bergabung dalam kesempatan ini untuk membantu membuka akses pendanaan bagi ekonomi hijau dan biru Indonesia, yang sejalan dengan visi Presiden dalam mewujudkan ketahanan energi, pangan, dan air dengan landasan pertumbuhan yang ambisius.
Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi sebesar 43% dan mencapai net zero pada 2060, sambil menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan.
Untuk mendukung hal ini, Pemerintah, dengan bantuan teknis dari PBB, tengah memetakan kapasitas penyerapan karbon dari lamun, rumput laut, dan lautan guna memahami lebih baik potensi mereka sebagai penyerap karbon.
Temuan ini akan dimasukkan dalam NDC kedua Indonesia.
Transformasi ekonomi hijau di Indonesia akan memerlukan peningkatan pendanaan berkelanjutan serta keterlibatan sektor swasta yang lebih mendalam.
Mengoptimalkan investasi domestik menjadi kunci penting di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan saat ini.
Kemajuan atau kemunduran di satu negara akan berdampak pada perekonomian negara lain.
Sebagai contoh, Singapura sangat bergantung pada energi terbarukan dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya. Artinya, investasi Singapura di Indonesia akan mendorong produksi tenaga surya di dalam negeri sekaligus mendukung transformasi energi hijau Indonesia.
Hal ini menjadi sangat penting mengingat analisis yang menunjukkan bahwa kesenjangan pendanaan untuk pencapaian SDGs di Indonesia mencapai 1,7 triliun dolar AS.
Untuk menutup kesenjangan ini maka dibutuhkan peran sektor swasta untuk menggerakkan modal serta keberanian untuk mengambil risiko yang terukur demi keberlanjutan (sustainability), yang pada akhirnya juga akan menguntungkan bisnis mereka.
Bersama Kementerian Keuangan, PBB telah mendukung penerbitan obligasi negara hijau dan biru berbasis SDG, yang berhasil menghimpun dana sebesar 11,6 miliar dolar AS dari pasar domestik maupun internasional.
Hal ini memungkinkan pemerintah untuk memperluas pembiayaan terhadap perikanan dan budidaya yang berkelanjutan, rehabilitasi hutan bakau, serta pengelolaan sampah padat.
Upaya membuka akses pendanaan juga harus melibatkan pemerintah daerah dengan memperkuat kapasitas mereka dalam menerbitkan obligasi daerah berdasarkan penilaian keuangan yang baik.
Langkah ini berpotensi menghasilkan tambahan dana sebesar 2 miliar dolar AS untuk mempercepat transformasi hijau dan biru.
Kami juga melihat semakin banyak pelaku usaha yang datang ke PBB untuk mendapat dukungan dalam merancang obligasi tematik guna menggalang dana untuk perumahan hijau yang terjangkau dan energi bersih.
Bantuan teknis dari UNDP mendukung pengembangan kerangka kerja obligasi ini, termasuk penetapan indikator dampak dan pelaporan terhadap target yang telah disepakati.
Di tengah kondisi fiskal yang terbatas, peran bank juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan pembiayaan transisi hijau dan biru dalam jangka panjang.
Lima bank nasional bekerja sama dengan UNEP telah mengadopsi Prinsip Perbankan Bertanggung Jawab PBB untuk menyusun rencana pembiayaan berkelanjutan dan meningkatkan investasi ESG.
Setiap kenaikan satu persen dalam investasi ESG bank-bank ini setara dengan tambahan dana sebesar 1,23 miliar dolar AS untuk pertumbuhan hijau, terutama lewat pengembangan energi surya dan kendaraan listrik.
Salah satu bank bahkan memperluas pembiayaan untuk perumahan hijau terjangkau, yang mendukung prioritas nasional dalam mengurangi kesenjangan perumahan.
PBB mendukung transformasi ini dengan menyelaraskan diri pada kebijakan dan program pemerintah serta bermitra dengan sektor swasta dan masyarakat sipil.
Hal ini termasuk mempromosikan pengelolaan hutan yang berkelanjutan yang mencakup luas lebih dari 23 juta hektare di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Perlindungan terhadap hutan-hutan ini berkontribusi terhadap pengurangan emisi sebesar 27 juta ton metrik dan mendukung mata pencaharian 720.000 orang di seluruh Indonesia.
Di saat yang sama, muncul inisiatif asuransi karang yang bertujuan melindungi terumbu karang sekaligus menjaga penghidupan masyarakat, yang dilakukan bersama dengan sektor swasta dan komunitas.
UNDP juga memimpin upaya PBB untuk memberikan dukungan kebijakan dan teknis dalam pemanfaatan teknologi digital untuk konservasi laut, termasuk memperkuat regulasi dan kapasitas institusi.
Hal ini telah meningkatkan efisiensi pengelolaan di hampir setengah wilayah konservasi laut Indonesia.
Kami juga menjangkau sektor yang sulit disentuh, seperti perikanan skala kecil.
PBB memanfaatkan pembiayaan syariah untuk mengganti mesin 800.000 kapal nelayan kecil berbahan bakar diesel menjadi mesin hybrid.
Saat ini, kami juga menjalankan proyek percontohan kecil di Maluku untuk menunjukkan bahwa konversi kapal menjadi hybrid tenaga surya dapat menjadi solusi yang menguntungkan baik untuk penghidupan nelayan maupun lingkungan.
Untuk memperluas skala proyek ini, kami tengah memperluas kerja sama dengan sektor swasta, termasuk dengan bank syariah, guna membuka akses pendanaan tambahan dan menjangkau lebih banyak komunitas pesisir.
Semua transformasi ini tidak dapat terwujud tanpa peningkatan peran sektor swasta.
Sektor swasta memang telah menjadi tulang punggung pembangunan di Indonesia, yang berkontribusi sebesar 83% terhadap perekonomian dan menciptakan 9 dari setiap 10 lapangan kerja.
Kerja sama kami dengan sektor swasta melalui IGCN memungkinkan kita mempercepat pencapaian SDGs.
Sebagai contoh, kawasan industri kini mengadopsi standar lingkungan internasional sehingga mendorong penggunaan teknologi terbaik dan praktik ramah lingkungan di pabrik-pabrik.
Pengalaman kami menunjukkan bahwa setelah teknologi ini diperkenalkan, industri bergerak cepat untuk mengadopsi dan memperluas penggunaannya karena manfaatnya sudah jelas: biaya lebih rendah, emisi lebih sedikit, dan daya saing lebih kuat.
Forum seperti dialog kita hari ini sangatlah penting dalam menyatukan para pemangku kepentingan untuk dapat berbagi keahlian dan wawasannya.
Saya mengajak Anda semua untuk dapat datang dan bekerja sama dengan kami di PBB dalam mendukung transformasi hijau dan biru Indonesia.
Pengalaman kami menunjukkan bahwa PBB dapat menghasilkan dampak terbaik ketika kami fokus pada keahlian kami dan sepenuhnya mendukung prioritas nasional dengan membangun koalisi yang memiliki tujuan bersama.
Hanya dengan memperkuat kerja sama kita dapat mewujudkan transformasi dalam skala dan kecepatan yang sesuai dengan ambisi Indonesia.
Terima kasih.
Pidato Oleh
