Pengusaha muda memanfaatkan teknologi sebagai peluang bisnis sebaik-baiknya
Kaum muda adalah jantung dari era digital. Mereka berpikir dengan dan melalui teknologi baru.
Lima pengusaha muda digital berbagi bisnisnya pada diskusi interaktif bertajuk “Pemuda dan Masa Depan Pekerjaan: Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0” yang diadakan di Jakarta. Acara ini diselenggarakan ILO bersamaan dengan perayaan 100 tahun ILO.
Greg Vines, Wakil Direktur Jenderal ILO, yang mengunjungi Indonesia untuk merayakan ILO 100 di negara tersebut, menekankan peluang yang diberikan oleh era digital. Meskipun sejumlah pekerjaan akan hilang, jenis pekerjaan baru akan bermunculan.
“Poin krusialnya adalah masa depan dunia kerja dapat dan harus merupakan hasil dari tindakan kita sendiri, dari campur tangan manusia. Artinya, teknologi mencakup kehidupan kerja, bukan mengurangi kendali pekerja terhadap proses kerja,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Sementara itu, Bambang Satrio Lelono, Direktur Jenderal Penempatan, Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa “Kementerian telah menerapkan pendekatan triple skilling yang bertujuan untuk mendukung dan memfasilitasi tenaga kerja dalam program pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK). Kami fokus pada pelatihan kejuruan yang memberikan keterampilan, keterampilan ulang, dan peningkatan keterampilan.”
Lima pengusaha muda digital berbagi bisnisnya pada diskusi interaktif bertajuk “Pemuda dan Masa Depan Pekerjaan: Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0”
Mewakili wirausahawan muda yang memanfaatkan digitalisasi sebagai peluang, Enrico Hugo dan Nicholas Ng, pendiri Cause, sebuah platform virtual, memutuskan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan membangun platform lari virtual. “Saya melihat peluang untuk membangun platform lari virtual di mana orang dapat berkontribusi pada tujuan sosial dengan berlari,” kata Enrico; sementara Nicholas menambahkan bahwa teknologi telah membantu mereka meningkatkan platform mereka.
Bagi Dimas P. Muharam, pendiri Kartunet.com, teknologi menginspirasinya untuk membuka website bagi penyandang disabilitas, khususnya tunanetra. “Teknologi telah mengubah disabilitas menjadi kemampuan. Revolusi industri 4.0 bukanlah sebuah tantangan, melainkan sebuah peluang karena telah membuka akses yang lebih luas bagi kita,” ujarnya.
Gender tidak menjadi kendala bagi Tri Handayani, pendiri dan CEO Rayyan Construction, untuk memimpin perusahaan yang didominasi laki-laki dimana dia adalah satu-satunya perempuan. “Dengan memanfaatkan teknologi saat ini, kami mengembangkan inovasi konstruksi dalam proyek ramah lingkungan. Kita mengembangkan eco-house, eco-renovate, eco-construction, eco-commerce dan lain sebagainya,” ujarnya.
Namun, ia mengaku awalnya tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk membangun usaha sendiri. “Saya menunjukkan kepada keluarga saya bahwa saya bisa melakukan ini dan sekarang saya benar-benar mendapatkan dukungan penuh dari mereka. Saya juga menunjukkan kepada mereka bahwa saya bisa memimpin tim saya meskipun semua karyawan saya adalah laki-laki,” tambahnya.
Dari kiri ke kanan: Diovio Alfath, Pendiri dan Direktur Eksekutif Sandya Institute, Tri Handayani, pendiri dan CEO Rayyan Construction, Enrico Hugo dan Nicholas Ng, pendiri Cause, Doni N. Pranama, Senior Strategic Development Tokopedia, dan Dimas P .Muharam, pendiri Kartunet.com
Doni N. Pranama, Senior Strategic Development Tokopedia, perusahaan teknologi dan salah satu unicorn Indonesia, menggarisbawahi manfaat internet bagi bisnis. “Tujuh puluh persen vendor kami adalah wirausahawan pemula. Dengan akses internet yang lebih baik dan luas, mereka kini dapat membuka toko online dan memulai bisnisnya. Kemajuan teknologi telah memungkinkan hal ini.”
Diskusi interaktif ini dimoderatori oleh Diovio Alfath, Pendiri dan Direktur Eksekutif Sandya Institute. Di hadapan lebih dari 100 peserta muda dari berbagai organisasi kepemudaan dan universitas, beliau menutup diskusi interaktif tersebut dengan gagasan bahwa generasi muda Indonesia harus melihat dunia yang berubah dengan cepat saat ini sebagai sebuah peluang.
“Perubahan yang dibawa oleh teknologi tidak bisa dihindari. Oleh karena itu sebagai generasi muda Indonesia yang bersemangat kita harus inovatif dan selalu mencari peluang seperti yang ditunjukkan oleh para pembicara inspiratif masa kini. Yang penting kita jangan pernah berhenti belajar,” tutupnya.