Memerangi COVID-19, dari Barat hingga Timur
Di seluruh Indonesia, masyarakat mulai berupaya mendukung respons terhadap pandemi ini
Di barat:
Pukul 09.00, Pak Ucup dan timnya sudah keluar rumah dengan mengenakan alat pelindung diri (APD), alat penyemprot di tangan, siap melakukan disinfeksi Puskesmas Beurawe.
Sudah dua bulan sejak tim mulai melakukan disinfeksi ruang publik di Banda Aceh. Didirikan pada bulan Maret 2020 sebagai bagian dari respons Dinas Kesehatan terhadap COVID-19, Pak Ucup dan 12 rekannya biasanya melakukan kunjungan ke lima tempat setiap hari termasuk rumah sakit, puskesmas, masjid, gedung pemerintah, dan pasar. Sebelum pandemi, tim mereka bertanggung jawab melakukan ‘fogging’ di masyarakat untuk menghentikan penyebaran nyamuk demam berdarah.
“Kegiatan [disinfeksi] ini mendukung layanan kami dan membantu mencegah penularan COVID-19 di fasilitas kami,” kata Emi, bidan di puskesmas tersebut.
Kegiatan ini merupakan bagian dari respon pemerintah Banda Aceh untuk mengurangi infeksi yang didapat di rumah sakit dengan meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi. Melalui kerja sama antara UNICEF, pemerintah Banda Aceh dan Yayasan Aceh Hijau, total 48 fasilitas layanan kesehatan di seluruh provinsi telah didisinfeksi dalam waktu seminggu dari tanggal 14 hingga 20 Mei 2020, termasuk satu di Beurawe. Jumlah ini mencakup 27 puskesmas dan 21 pos kesehatan desa di Banda Aceh yang belum pernah menerima layanan tersebut sebelumnya.
Awalnya Pak Ucup mengaku dirinya dan rekan-rekannya sempat ketakutan karena banyak di antara mereka yang tidak memakai APD yang sesuai peruntukannya. Namun mereka segera memikirkan cara mereka sendiri untuk menjamin keselamatan diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
“Ada yang tidak pulang dan malah tidur di kantor jika sudah menyemprot rumah orang yang positif COVID-19,” jelasnya. “Yang lain akan pulang tetapi tidak masuk ke dalam dan tidur di teras.”
Sesaat setelah mengajukan permohonan kepada Satgas COVID-19 setempat, timnya diberikan APD standar yang tetap mereka kenakan saat melaksanakan pelayanan tersebut.
Pak Ucup dan tim akan melanjutkan layanan disinfeksi ke gedung-gedung yang lebih mudah diakses masyarakat di Banda Aceh. Karena kota ini telah diidentifikasi sebagai salah satu episentrum COVID-19 di Provinsi Aceh, layanan-layanan ini sangat penting untuk memitigasi penyebaran patogen baik di layanan kesehatan maupun non-layanan kesehatan.
Di Timur:
Gina baru berusia tujuh tahun, namun ia sudah mengetahui bahwa mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu hal terpenting yang dapat ia lakukan, berkat bantuan seorang relawan (kader) desa yang berdedikasi bernama Ibu Pat.
Menjadi kader sejak tahun 2013, Ibu Pat terkenal di masyarakat karena kegigihannya dan laporannya yang cepat. Bulan ini, Ibu Pat membantu membagikan sabun kepada warga di desanya dan menunjukkan cara mencuci tangan yang benar. Hal ini merupakan bagian dari respons pemerintah Nusa Tenggara Barat terhadap COVID-19, yang didukung oleh UNICEF.
Di masa lalu, ia terlibat dalam semua jenis kegiatan masyarakat dan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. Namun pandemi ini membawa unsur ketakutan baginya, terutama ketika ia harus pergi ke komunitas untuk berkunjung ke rumah.
“Tantangan terbesarnya adalah menghadapi sikap keras kepala masyarakat,” jelasnya sambil memikirkan saat dia melihat orang-orang di pasar dan mengingatkan mereka untuk menjaga jarak satu sama lain atau memakai masker, namun ada yang menolak.
Pria berusia 31 tahun ini mengakui ada kalanya pekerjaannya terasa membebani. “Anggota masyarakat menolak saya, bahkan terkadang melontarkan kata-kata kasar kepada saya,” kata Ibu Pat. Namun hal ini tidak menghentikannya melakukan pekerjaannya. Ketika dia membantu orang-orang seperti Gina dan keluarganya untuk menyelesaikan masalah mereka, hal itu membawa kegembiraan dalam hatinya.
Gina merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan orang tuanya bekerja sebagai buruh di sawah. Sebelum pandemi, dia mengikuti mereka bekerja setiap hari, dari pagi hingga sore. Namun saat ini mereka tidak bisa keluar rumah sesering mungkin. Putra sulung mereka, yang bekerja di perkebunan minyak di Sumatera, biasa mengirimkan uang kepada keluarga. Namun dia juga terkena dampak pandemi ini, sehingga keluarganya belum menerima uang lagi sejak saat itu.
Ibu Gina berharap pandemi segera berakhir sehingga mereka bisa kembali keluar rumah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Putrinya juga menantikan kapan semuanya akan kembali normal, sehingga dia bisa pergi dan bermain dengan teman-temannya lagi.
Untuk saat ini, hingga saatnya tiba, Ibu Pat melakukan apa yang dia bisa untuk mendukung tetangganya. Dengan mengajari mereka cara mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air, beliau tidak hanya membantu mereka untuk tetap sehat, namun juga membantu mereka menghindari biaya kunjungan yang tidak perlu ke pusat kesehatan.
Ibu Pat dan kader lain seperti beliau adalah bagian dari upaya melawan COVID-19 yang mempertemukan Pemerintah Lombok Timur, UNICEF dan pemangku kepentingan lainnya untuk saling bahu membahu.
Gina mengatakan dia belajar bahwa mencuci tangan dengan sabun adalah cara terbaik untuk menghindari virus, jadi sekarang dia selalu mencuci tangan dengan sabun di rumah.
Pak Ucup dan Ibu Pat hanyalah dua contoh bagaimana masyarakat secara aktif mendukung Pemerintah di garis depan melawan pandemi ini. Mereka harus mengatasi ketakutan mereka dan harus mengambil tindakan pencegahan ekstra agar tidak membahayakan orang yang mereka cintai, namun mereka tetap bangun setiap hari dengan tujuan yang kuat.
Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan Rakyat Amerika melalui USAID.