Pameran Foto Online - Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh
Pameran foto ini merupakan bentuk penghormatan yang mendalam terhadap tragedi 26 Desember 2004, ketika wilayah Aceh, Indonesia, hancur diterjang tsunami yang merenggut banyak nyawa dan meninggalkan komunitas dalam kehancuran. Namun, pasca-bencana, muncul respons kemanusiaan yang luar biasa – berlandaskan prinsip-prinsip kemanusiaan dan upaya koordinasi yang solid, lembaga-lembaga PBB, organisasi lokal, dan ribuan relawan bergabung untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam menyelamatkan nyawa, membangun kembali komunitas, dan memulihkan martabat mereka yang paling terdampak. Respons bersama ini menjadi bukti nyata komitmen global untuk merespons krisis dengan kasih sayang, solidaritas, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Kunjungi laman "Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh" kami: bit.ly/UN-20YearsAcehTsunami
Dari Puing-puing Menuju Pembaruan: Jalan Aceh Menuju Pemulihan. (Aceh, 2005)
International Labour Organization (ILO) | Pekerjaan rekonstruksi di Provinsi Aceh dan Pulau Nias berlangsung selama beberapa tahun. Namun, dalam enam bulan, masyarakat setempat menunjukkan ketangguhan luar biasa dan dengan berani kembali menjalani kehidupan mereka. Dalam foto ini, seorang pria terlihat aktif membangun kembali sebuah rumah di wilayah Banda Aceh yang hancur akibat tsunami.
Pasca Tsunami: Peran Penting Bantuan Medis. (Aceh, 2005)
International Organization for Migration (IOM) | Dalam upaya terkoordinasi untuk memberikan bantuan segera, personil dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) bekerja sama dengan personel militer Amerika Serikat untuk memastikan transportasi cepat bagi seorang penyintas tsunami. Menyadari urgensi situasi tersebut, tim bergerak cepat untuk memfasilitasi pemindahan penyintas ke fasilitas medis agar dapat menerima perawatan medis penting yang menyelamatkan nyawa. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen kedua organisasi terhadap bantuan kemanusiaan dan menyoroti pentingnya kemitraan dalam upaya tanggap krisis.
Membangun Kembali dengan Lebih Baik: Visi UNDP untuk Pemulihan Pasca Bencana. (Aceh, 2005)
United Nations Development Programme (UNDP) | Setelah akses bantuan internasional dibuka, UNDP memberikan dukungan penting, seperti tenda, makanan siap saji, selimut, dan kebutuhan pokok lainnya untuk para korban tsunami. Mereka mendirikan tempat penampungan sementara di daerah-daerah yang paling terdampak, banyak di antaranya masih terpengaruh oleh konflik yang sedang berlangsung antara Gerakan Aceh Merdeka dan militer Indonesia.
Membangun Kembali Suara: Pentingnya Penyiaran Lokal. (Aceh, 2005)
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) | Setelah tsunami 2004 yang menyebabkan kerusakan parah, termasuk runtuhnya menara radio, UNESCO turun tangan untuk mendukung pemulihan stasiun radio komunitas lokal. Sebagai badan PBB yang fokus pada komunikasi dan informasi, UNESCO memainkan peran penting untuk memastikan stasiun-stasiun radio ini dapat kembali mengudara secara langsung, sehingga informasi penting dapat sampai ke komunitas di daerah dengan cepat selama keadaan darurat dan proses pemulihan.
Memastikan Kesehatan Perempuan di Saat Krisis. (Aceh, 2005)
United Nations Population Fund (UNFPA) | Perempuan tidak dapat menghentikan kehamilan atau menstruasi mereka selama bencana dan keadaan darurat. Untuk memastikan perempuan dan remaja perempuan tetap mendapatkan layanan kesehatan seksual dan reproduksi setelah tsunami 2004 di Aceh, UNFPA mendirikan dan mengoperasikan klinik kesehatan seksual dan reproduksi bekerja sama dengan dinas kesehatan provinsi dan wilayah serta Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Saat Tempat-tempat Hilang. (Lampoh Raya, Aceh Besar, Agustus 2006)
United Nations Human Settlements Programme (UN-Habitat) | Di Lampoh Raya, semuanya lenyap: hanya dua puluh dari lima puluh keluarga yang selamat, dan tanah mereka tenggelam ke laut, sehingga mereka tidak punya pilihan selain pindah dan menetap di tempat baru. Dengan dukungan dari UN-Habitat, sewa sebidang tanah di dekatnya berhasil diatur, dan rumah-rumah dapat dibangun kembali bersama-sama. Butuh waktu untuk memulai kembali kehidupan. Pada tahun 2007, awalnya tidak ada yang menetap di Lampoh Raya, dan banyak keluarga harus mencari pekerjaan di tempat lain. Selain itu, dipaksa pindah akibat bencana selalu menjadi pengalaman yang sulit. Masalah tanah di Aceh pasca-konflik saat itu juga menjadi tantangan besar.
Dari Swiss ke Indonesia: Misi Harapan. (Meulaboh, Aceh Barat, 17 Januari, 2005)
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) | Pada Senin, 17 Januari 2005, sebuah helikopter Super Puma milik Angkatan Udara Swiss mendarat di lapangan udara militer di Meulaboh, Indonesia, membawa barang bantuan darurat dari UNHCR, seperti selimut dan perlengkapan tempat tinggal. Peristiwa ini menandai dimulainya misi kemanusiaan penting untuk membantu wilayah-wilayah yang terdampak parah oleh tsunami dahsyat yang melanda kawasan tersebut beberapa minggu sebelumnya, pada 26 Desember 2004.
Pentingnya Vaksinasi dalam Pemulihan Pasca Tsunami. (Banda Aceh, Juni 2005)
United Nations Children's Fund (UNICEF) | Fatia (15) menerima vaksin campak di sebuah kamp pengungsian untuk korban tsunami di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh di Pulau Sumatra. Banyak dokter yang terlibat dalam kampanye vaksinasi campak yang didukung UNICEF ini merupakan relawan dari berbagai provinsi lain di Indonesia.
Retrospektif Rakor Banda Aceh. (Banda Aceh, 2004)
United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA) | Pada 2004, setelah tsunami dahsyat yang melanda wilayah Samudra Hindia, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengambil inisiatif untuk mengadakan pertemuan koordinasi penting di Banda Aceh, Indonesia. Pertemuan ini bertujuan untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), lembaga internasional, dan pemimpin komunitas lokal, untuk memfasilitasi respons yang komprehensif dan efektif terhadap bencana tersebut.
Cetak Biru Pemulihan: Sekolah dan Kesehatan di Pulau Nias. (Pulau Nias, 2005)
United Nations Office for Project Services (UNOPS) | Setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, UNOPS, yang dikontrak oleh UNICEF, membangun 225 sekolah dasar dengan 1.467 ruang kelas, yang melayani lebih dari 44.000 siswa di Provinsi Aceh dan Pulau Nias. Selain itu, dibangun pula 27 pusat kesehatan, gizi, dan pengembangan anak usia dini. Bangunan-bangunan tersebut dirancang tahan gempa dan dilengkapi fasilitas yang lebih baik, yang sangat mendukung pemulihan dan pembangunan pasca-bencana.
Garis Hidup Bantuan Pangan di Aceh. (Calang, Aceh Jaya, 2005)
World Food Programme (WFP) | Operasi kapal pendarat Program Pangan Dunia (WFP) sedang berlangsung untuk mengirimkan bantuan makanan pokok ke Calang, Aceh. Wilayah ini merupakan salah satu yang paling parah terdampak tsunami, dan pasokan makanan menjadi penolong penting bagi para korban bencana. Dalam operasi penanganan tsunami, WFP menyediakan berbagai layanan dukungan logistik untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi seluruh komunitas kemanusiaan. Layanan ini mencakup operasi darat di bawah UN Joint Logistics Centre (UNJLC), operasi udara di bawah UN Humanitarian Air Service (UNHAS), dan operasi laut di bawah Shipping Service.
Membatasi Penyakit Menular Selama Pemulihan. (Banda Aceh, 2005)
World Health Organization (WHO) | Di rumah sakit militer Banda Aceh, tim medis asal Portugal berdiskusi dengan perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai kemungkinan kasus kolera sebelum melakukan pemeriksaan. Seorang anak menunjukkan gejala kolera dan ditempatkan dalam kondisi semi-isolasi.
Kunjungi laman "Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh" kami, untuk selengkapnya.