FAO tingkatkan kapasitas Indonesia dalam interpretasi data satelit untuk menilai luas hutan
07 Maret 2025
Caption: The Food and Agriculture Organisation of the United Nations (FAO) is supporting the Government of Indonesia in monitoring forest resources for better decision-making.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melatih para pakar lokal dalam teknik penginderaan jauh yang penting untuk pemantauan ekosistem hutan dan mangrove dunia pada 3-11 Februari 2025.
Sebanyak 50 perwakilan nasional berkumpul di Lombok untuk lokakarya yang diselenggarakan dengan dukungan finansial dari Uni Eropa ini.
Dengan membangun jaringan penerjemah citra satelit di Indonesia, lokakarya ini berkontribusi langsung pada Survei Penginderaan Jauh (Remote Sensing Survey/RSS) FAO, yang menyediakan data untuk Penilaian Sumber Daya Hutan Global (Global Forest Resources Assessment/FRA), pemeriksaan terbesar terhadap sumber daya hutan di seluruh dunia.
"Melalui lokakarya ini, para ahli penginderaan jauh nasional diperkaya dengan pemahaman untuk menghasilkan estimasi berkualitas tinggi guna berkontribusi pada transparansi dan aksesibilitas data penting tentang hutan," kata Adolfo Kindgard, Forestry Officer FAO.
Meningkatkan Pengumpulan Data Penginderaan Jauh Dengan tujuan mengembangkan kapasitas penginderaan jauh nasional, para fasilitator lokakarya memberikan pelatihan tentang aspek fisik penginderaan jauh dan teori di balik interpretasi citra satelit. Para peserta ahli juga dilatih dalam metodologi, istilah, dan definisi yang digunakan FRA 2025 RSS.
Lokakarya ini membekali peserta dengan perangkat untuk mengestimasi secara independen dan konsisten luas hutan daratan dan mangrove serta perubahan luasnya dari tahun 2000 hingga 2024. Setiap peserta menggunakan Collect Earth Online untuk mengumpulkan sekitar 250 sampel RSS di wilayah keahlian mereka.
Selama acara, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kementerian Kehutanan, Agus Budi Santosa, menekankan pentingnya kemitraan dalam memajukan informasi kehutanan nasional. “Sejak tahun 1948, Indonesia dengan bangga menjadi anggota FAO, membangun kemitraan yang kuat dalam memajukan informasi kehutanan nasional. Indonesia telah menunjukkan komitmennya dengan secara konsisten mengirimkan laporan komprehensif tentang status hutan Indonesia melalui Global Forest Resources Assessment(FRA) lima tahunan, yang menampilkan Survei Penginderaan Jauh sebagai elemen utama. Keterlibatan proaktif ini menegaskan dedikasi Indonesia terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan global,” ujarnya. Selain meningkatkan estimasi luas hutan dan perubahannya, pelatihan ini juga berfokus pada hutan mangrove Indonesia yang luas yang memainkan peran penting dalam ekosistem pesisir negara ini.
Menurut data FRA 2020, Indonesia memiliki 21 persen dari total luas mangrove dunia, menjadikannya aktor kunci dalam upaya global untuk memantau ekosistem pesisir yang berharga ini.
Dalam sambutannya, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menekankan pentingnya partisipasi aktif Indonesia dalam Penilaian Sumber Daya Hutan.
“Partisipasi Anda dalam lokakarya ini sangat penting untuk memastikan bahwa statistik hutan dan mangrove Indonesia seakurat dan seterkini mungkin. Ini juga merupakan kesempatan untuk mempelajari dan menerapkan teknik pemantauan inovatif yang akan memperkuat upaya pelaporan di masa depan,” kata Rajendra.
Survei Penginderaan Jauh Global FAO Sejak tahun 1948, FAO telah melakukan penilaian terhadap kondisi, luas, pengelolaan, dan pemanfaatan sumber daya hutan global. Penilaian ini menghimpun laporan komprehensif setiap negara setiap lima tahun sekali, yang disusun oleh koresponden nasional yang ditunjuk secara resmi dan dengan menggunakan metodologi standar untuk memberi informasi untuk pengambilan keputusan dan rekomendasi bagi masyarakat sipil, sektor swasta, pemerintah, dan konvensi internasional.
Survei Penginderaan Jauh digunakan oleh Global Forest Resources Assessment untuk menilai status dan perubahan luas hutan serta penggunaan lahan penting lainnya di tingkat global, regional, dan bioma dengan menggunakan citra satelit dan alat penginderaan jauh. FRA 2025 RSS, yang dijadwalkan rilis pada tahun 2026, akan memperbarui data hutan dan mangrove hingga tahun 2024 dan mengumpulkan informasi baru tentang sistem agroforestri, sistem penggembalaan, jenis tanaman, hutan yang terbakar, mangrove, dan pohon di luar hutan.